Andropause Kini Mengancam Pria Berusia Muda

Binsar

Saturday, 29-09-2018 | 05:52 am

MDN
Ilustrasi [ist]

Inakoran.com –

Istilah Andropause mungkin terasa asing, paling tidak di telinga orang awam. Andropause bisa disamakan dengan menopause pada wanita. Kondisi yang mirip dengan menopause pada wanita ini menggambarkan gejala berkaitan dengan fungsi seksual yang biasanya dialami oleh pria paruh baya, yang ditandai dengan penurunan kadar hormon testosteron. Masalah seksual ini umumnya terjadi pada pria berusia tua.

 

 

Namun, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ahli Naturopati, Geovanni Espinosa menyebutkan, gejala ini kini mulau mengancam pria berusia muda. Geovanni Espinosa dan sejumlah ahli lainnya meyakini, menopause yang biasa terjadi pada pria tua ini menyerang usia yang lebih muda lantaran pengaruh gaya hidup tidak sehat seperti obesitas, stres, dan kurang tidur. 

Menurut Geovanni Espinosa, penurunan kadar hormon testosteron juga dapat terjadi karena suasana hati, tingkat energi, nutrisi genetika, kondisi kesehatan, obat-obatan, dan usia. Espinosa menjelaskan hal itu pada salah satu tulisan dalam buku anyar Integrative Sexual Health yang disunting oleh Andrew Weil.

Normalnya, penurunan kadar hormon testosteron biasanya terjadi secara bertahap pada pria yang memasuki usia tua. Penelitian menunjukkan pada usia 40 tahun, pria mengalami penuruan 3 persen testosteron setiap tahunnya. Pada usia 80 tahun, rata-rata pria memiliki testosteron 50 persen lebih sedikit dibandingkan saat dia masih muda.

Namun, kini banyak pria muda berusia 20 tahun hingga 40 tahun yang mulai mengalami menopause. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa masalah seperti penurunan libido, gangguan pada ereksi, insominia, kenaikan berat badan, penurunan kepadatan otot dan tulang, hingga agitasi dan depresi.

 


 

Untuk mengembalikan kadar testosteron, alih-alih mendapatkan pengobatan dari dokter, Espinosa, dalam bukunya menyarankan untuk melakukan pendekatan integratif. Pada pria muda, kadar terstoteron yang normal berkisar antara 270 dan 1030 nanogram per desiliter.

"Menurut pendapat saya, pemberian obat-obatan baru dapat diberikan setelah melalui serangkaian bukti yang dilihat dari tes darah. Saya merekomendasikan pendekatan integratif untuk kesehatan seksual," kata Weil.


Pendekatan integratif itu dapat dilakukan dengan latihan fisik atau berolahraga, nutrisi yang tepat, tidur, dan mengonsumsi suplemen.

Olahraga


 

Kadar testosteron dapat ditingkatkan dengan aktivitas fisik tertentu. Mengangkat beban menggunakan otot yang besar seperti di kaki dan punggung dapat meningkatkan testosteron. 
"Deadlift dan squat merupakan olahraga yang sangat baik untuk tujuan ini," kata Espinosa.
Di sisi lain, olahraga kardio dan maraton justru menurunkan kadar testosteron.

Nutrisi yang tepat


 

Sementara itu, nutrisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar testosteron adalah sejumlah karbohidrat. Selain itu, disarankan pula untuk mengonsumsi buah-buahan berserat tinggi, sayuran, biji-bijian, dan kacang polong.

Beberapa sumber lemak dari daging, minyak kelapa, dan kacang macadamia juga dapat memacu testosteron. Sedangkan makanan yang memicu obesitas dan resistensi insulin dapat menurunkan kadar testosteron.

Tidur yang cukup


 

Meningkatkan kualitas tidur dapat memengaruhi jumlah testosteron. Pasalnya, kebanyakan testosteron diproduksi pada pukul 5 hingga 7 pagi. Selain itu, Espinosa juga menyarakan untuk mematikan gawai setelah pukul 21.00 karena cahaya yang dipancarkan dapat mengganggu tidur.

Konsumsi Suplemen


 

Laki-laki yang sudah didiagnosis memiliki testosteron rendah sebaiknya berdiskusi dengan dokter untuk mengonsumsi suplemen. Espinosa menyebut, vitamin D dan zinc memainkan peranan penting dalam produksi testosteron. Beberapa herbal seperti ashwagandha dan rhodiola juga dapat menjadi pilihan. 

TAG#Andropause, #Usia Muda

190315108

KOMENTAR