Anggota DPR RI, Kadafi : Guru Kreatif Jadi Solusi Pendidikan Masa Covid­19

Johanes

Friday, 10-04-2020 | 15:56 pm

MDN
Anggota Komisi X DPR RI DR. Muhammad Khaddafi

 

Jakarta, Inako

 Berbagai sekolah di daerah menemukan sejumlah kendala dalam proses belajar mengajar secara daring akibat pandemic Covid­19. Mereka menyampaikannya kepada Komisi X DPR­RI untuk menemukan solusinya. Anggota Komisi X DPR­RI, Dr Muhammad Kadafi, mengakui kendala yang dialami sejumlah sekolah memang tak dapat terhindarkan.

BACA JUGA: Kegiatan Belajar Mengajar Masa Tanggap Darurat Covid-19

BACA JUGA: Covid-19 dan Pejabat Tinggi Negara Mumpuni

simak juga : Gerak Bersama Lawan Corona

 

“Kondisi kita yang sedang dalam darurat kesehatan berdampak ke sejumlah sektor lainnya. Dibutuhkan kerjasama yang kuat semua pihak dalam mencari solusinya,” kata  Kadafi di Jakarta, Rabu (8/42020).

Sebagai contoh, kata Kadafi, para guru dan murid yang terbiasa dalam pola belajar mengajar tatap muka mendadak belajar secara online. Sementara, tidak semua daerah memiliki kestabilan jaringan internet sehingga para guru dan 
murid harus kreatif untuk solusinya. “Saya sangat mengapresiasi guru dan murid yang kreatif dalam masa­masa pandemic Covid­19 ini,” kata Kadafi.

Sementara di perkotaan yang jaringan internetnya lebih lancer juga tak sepenuhnya nyaman. “Di dunia maya ada pula hacker yang mengintai merusak proses penggunaan aplikasi belajar mengajar. “Jadi seperti saya katakan bahwa 
kerjasama adalah yang paling penting,” katanya.

Kendala yang harus dihadapi sejumlah sekolah daerah, misalnya, seperti yang disampaikan Kepala Sekolah SMK Madani Brebes, Mujahidin, kepada Komisi X DPR­RI.  “Contohnya masalah terbatasnya kouta internet yang terkadang memberatkan orang tua. Begitu juga dengan alat komunikasi yang tak mendukung,” kata Mujahidin. 

Lain lagi persoalan di Tegal, Jawa Tengah. Komite SekolahSMP Ihsaniyah Tegal, Jawa Tengah, Rofiudin. Ia  mengatakan bahwa tidak semua guru menguasai teknologi informasi dan tidak semua siswa memiliki seluler. “Para 
orang tua yang tidak melek teknologi juga stress dengan pendidikan online,” kata Rofiudin.

Sementara Kepala Sekolah SMA N 1 Slawi, Mimik Supriyatin, mengatakan di antara para guru juga ada yang kurang mampu memenej waktu, karena secara fisik dan mental memang belum siap.

“Selain itu, guru dan siswa yang belajar di rumah juga terlibat dengan kegiatannya di rumahnya, misalnya membersihkan rumah, mengurus keluarga seperti memasak dan lainnya,” katanya. 

Adapun Sekretaris Eksekutif Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), RP TB Gandhi Hartono SJ, mengatakan fakta pada  proses  pelaksanaan pembelajaran daring ini adalah guru sulit menjelaskan materi bahan ajar dan siswapun sulit mengerti yang diberikan oleh guru. 

“Maka yang terjadi guru lebih banyak memberi soal latihan (drilling) lewat WhatsApp (WA) atau telpon. Hanya sebagian kecil guru sangat bersemangat, kreatif dan mau belajar (sesama guru) dan berusaha menciptakan pembelajaran online learning yang menarik,” katanya. 

Karena itu, para pemangku sekolah itu mengajukan sejumlah solusi.  Misalnya, Gandhi Hartono meminta DPR melobi para pemangku jasa provider jaringan seluler untuk membuka jaringan lebih luas ke daerah. Selain itu, mereka minta aplikasi gratis untuk mendukung proses pelaksanaan pemelajaran jarak jauh. Para guru di daerah juga butuh modul modul pembelajaran, pelatihan-­pelatihan virtual. 

Kadafi mengatakan segera berupaya mencari solusi bagi para guru ini. “Namun yang perlu kita sadari bersama, bahwa kondisi ini terjadi memang disebabkan masalah pandemic Covid­19. Jadi memang kita perlu bersama-­sama bekerjasama dan bersatu mencari ide­ide kreatif untuk memperkaya  proses pendidikan,” katanya. 

KOMENTAR