Di Gunung Kidul, Orang Jual Ayam Untuk Beli Air Minum

Gunungkidul, Inako –
Kehidupan masyarakat Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), semakin hari kian terasa sulit. Pasalnya, dalam minggu belakangan ini, daerah itu dilanda kekeringan hebat sehingga mereka kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk mendapatkan air minum, mereka terpaksa harus memutar otak. Dan salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan menjual ayam ternak. Dengan uang itu mereka bisa membeli air untuk kebutuhan sehari-hari.
Pardiyem, warga dusun Tungu, Desa Girimulyo Panggang mengaku, selama ini mereka memang mendapat bantuan air dari pemerintah. Namun, jumlah itu tidak cuku, lantaran hanya mendapatkan 70 liter air atau dua jerigen per keluarga.
"Jadi kami tetap harus membeli air dari tangki swasta dengan harga Rp150 ribu," tuturnya Minggu (8/7/2018).
Dijelaskannya, dengan beban empat anggota keluarga dengan digunakan sangat irit satu tangki air dengan kapasitas 5 ribu liter, bisa habis dalam 15 sampai 20 hari.
"Pokoknya mandi hanya 1 ember. Kalau anak mau sekolah ya sering tidak cukup, mosok dia saya paksa mandi hanya pakai satu ember," ucapnya.
Selama musim kemarau, keluarganya mengaku sudah tiga kali membeli air bersih dari tangki swasta.
"Sementara ya harus menjual ayam peliharaan untuk membeli air," imbuh wanita yang sehari hari hidup dari hasil pertanian tadah hujan ini.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, pihaknya setiap hari melakukan droping air bersih ke sejumlah wilayah terdampak kekeringan. Setiap hari menggunakan 6 tangki milik BPBD Gunungkidul.
"Setiap hari masing-masing tangki melakukan empat kali droping air bersih, dan dilakukan di lokasi sesuai dengan urutan by name by adress yang sudah ditentukan," katanya.
Saat ini wilayah terdampak kekeringan berada di 54 desa, di 11 kecamatan dengan jumlah jiwa 96.523 jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan droping, anggaran di tahun 2018 yakni Rp 638 juta.
Diperkirakan puncak musim kemarau di Gunungkidul akan terjadi pada Agustus mendatang, dan saat itulah warga terdampak kekeringan diperkirakan meningkat.
TAG#Krisis Air, #Gunungkidul, #DIY
190327968

KOMENTAR