Dipanggil Pulang Oleh Kemiskinan Ekstrem di Manggarai Timur

Timoteus Duang

Friday, 09-06-2023 | 11:54 am

MDN
Herman Hemmy, bakal calon Bupati Manggarai Timur 2024-2029

 

JAKARTA, INAKORAN.COM

Herman Hemmy tak kuasa menahan rasa sedih ketika bercerita tentang peristiwa politik ‘98 (dan proses sebelum itu) yang memaksanya melarikan diri dari Tanah Air. Sebagai aktivis yang getol melawan ketidakadilan Orde Baru, Herman menyadari dirinya selalu berada dalam bahaya.

 

“Ada yang mengingatkan saya bahwa teman-teman saya banyak yang sudah pergi dari dunia ini dengan cara out law, di luar aturan hukum yang normal,” tutur Herman saat ditemui di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (7/6/2023).

“Mereka tidak diadili, ada yang mati begitu saja, ada yang hilang. Jadi saya punya anak tiga [umur 10, 9, dan 8 tahun, red], saya tidak mau anak saya jadi yatim piatu. Saya tidak mau mati seperti teman saya.”

Karena situasi ini dan juga berkat jaringan yang dibangunnya sebagai seorang aktivis dan advokat, Herman kemudian memutuskan untuk melarikan diri ke Amerika Serikat.

Di Amerika, Herman memulai kariernya dengan bekerja di sebuah supermarket. Namun, itu hanyalah awal, karena kemudian beliau melanjutkan studi dan terakhir berkarier di bidang IT.

Baca juga: Demokrat Tantang Presiden Jokowi Pecat KSP Moeldoko untuk Buktikan Cawe-cawe Positif

Setelah hampir tiga puluh tahun hidup dan berkarier di negeri Paman Sam, mantan Ketua PMKRI Bandung ini kemudian memutuskan untuk kembali ke Tanah Air, khususnya ke Manggarai Timur, NTT.

Setelah pensiun, Herman mengaku ingin mengabdi untuk Manggarai Timur, daerah tempatnya berasal. Kemiskinan ekstrem dan ragam masalah lain di Manggarai Timur memanggilnya untuk pulang.

“Saya ada teman di Biro Pusat Statistik di sini [Jakarta]. Dia salah seorang direktur, Ibu Widya namanya, orang Jawa sini. Dia bilang, ‘daerahmu itu adalah daerah dengan miskin ekstrem serius.’”

Herman mengaku kaget dan heran dengan diksi miskin ektrem yang dipakai untuk menggambarkan situasi kabupaten yang berdiri pada 17 Juli 2007 ini. “Miskin aja kita sudah susah. Yang ekstrem itu yang bagaimana lagi.”

Baca juga: Menko Muhadjir: Bekali Pemuda dengan Kualitas Kompetensi yang Tinggi

Manggarai Raya terdiri dari tiga kabupaten, yaitu Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur. “Dari pengalaman saya di tiga Manggarai, yang paling subur itu Manggarai Timur,” kata Herman.

Herman kemudian mengenang lagi cerita indah di masa lalu, masa ketika hasil panen jagung di kampung halamannya masih melimpah.

“Saya masih ingat, dulu, di Manggarai Timur, di atas plafon rumah itu jagung semua. Pas saya masih kecil. Nah sekarang sudah nggak ada.”

Menurut Herman, berkurangnya produksi pangan ini disebabkan karena masyarakat kurang diedukasi, baik melalui secara formal maupun informal.

Baca juga: Proposal Perdamaian Ditolak Ukraina, Prabowo Dinilai Langkahi Presiden Jokowi

Ini merupakan tanggungjawab pemerintah, di luar tugas utamanya menjalankan roda pemerintahan.

Herman menyadari potensi alam Manggarai Timur sangat besar. Sangat ironis jika masyarakat hidup dalam garis kemiskinan ekstrem.

Sudah saatnya potensi-potensi itu digali untuk meningkatkan kesejahteraan.

“Kita harus memberikan inovasi dalam sistem pertanian kepada masyarakat, supaya tidak terjebak dalam pertanian jangka panjang, tapi [mulai bergerak di bidang] pertanian jangka pendek yaitu hortikultura, seperti sayur-mayur, pisang, ubi kayu, segala macam.”

Baca juga: AHY Khawatir KPP Pecah Kongsi Karena Anies Lambat Umumkan Cawapres

Semua itu, lanjut Herman, harus dirancang dan pemerintah harus intervensi.

Herman kemudian bercermin pada sistem pertanian di Amerika Serikat, negara tempatnya hidup selama tiga puluh tahun, yang memberikan subsidi besar [terbesar kedua setelah pertahanan] ke bidang holtikultra.

“Di negara maju, pemerintah siapkan air sampai ke samping kebun, dan pipanya alirkan air ke dalam kebun.”

Selain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, inovasi di bidang pertanian dapat menjadi sektor andalan untuk meningkatkan pendapatan daerah.

Baca juga: Tiga Alasan Denny Indrayana Minta Presiden Jokowi Diselidiki dan Dipecat

Tentu saja, pertanian bukanlah sumber pendapatan tunggal. Subsidi yang sama juga diharapkan untuk disuntik ke sektor-sektor lain, seperti perikanan, peternakan, dan pariwisata.

Kedekatan, baik secara geografi maupun secara budaya  dengan Manggarai Barat dengan Labuan Bajonya sebagai kota super premium, kata Herman, juga harus bisa dimanfaatkan untuk mendulang keuntungan ekonomi bagi Manggarai Timur.

Untuk itu, kerja sama lintas wilayah perlu terus ditingkatkan, tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga sampai ke tingkat global. Jaringan yang luas, kata Herman, sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Kembali ke soal diksi “miskin ekstrem” yang digunakan untuk mendeskripsikan Manggarai Timur, Herman sangat berharap, dengan keputusan untuk “pulang”, dirinya bisa berkontribusi untuk mengurangi atau bahkan memberantas situasi ini.

Baca juga: Menhan Ukraina Nilai Proposal Prabowo Aneh

“Kita mengharapkan Manggarai Timur bebas dari miskin yang ekstrem itu. Kemiskinan ekstrem itu sangat menyedihkan saya. Saya kira bukan cuma saya, saya kira kraeng semua juga sedih.”

Mendengar niat Herman ini, saya tiba-tiba teringat kata-kata mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Punama (Ahok) setiap kali ditanya kenapa dirinya terjun ke dunia politik.

“Saya belum mampu membantu orang sakit maupun sekolah. Kalau saya jadi pejabat, semua orang miskin bisa saya bantu. Kalau pakai duit pribadi saya enggak mampu.”

 

KOMENTAR