Effect Kejut GUS IMIN Dalam Debat CAWAPRES

Oleh : H. Adlan Daie
Penulis buku "Gus Muhaimin jalan moderat pilpres 2024"
JAKARTA, INAKORAN
Teddy Roselvert, Presiden AS (awal abad 20) pernah memberi ilustrasi bahwa "podium" bagi pimpinan tertinggi eksekutif di negara demokratis adalah "the bully pulpit", yakni mimbar pengganggu.
Bagi Gus Muhaimin (baca: Gus imin) debat pilpres 2024 serial kedua malam ini (Jum at, 22 Desember 2023) pukul 19.00 Wib yang menampilkan tiga cawapres, yakni Gus Imin, Gibran Rakabuming dan Mahfud MD - tentu bukan podium "mimbar pengganggu".
Di podium, dengan simbol kebesaran negara, Gus Imin dengan rekam jejaknya sebagai aktivis dan berproses panjang dalam dialektika gagasan ia akan berdiri sendiri melontarkan gagasan untuk mempengaruhi pikiran banyak orang dengan "effect kejut" humor politik yang menyegarkan, sebuah "keunggulan" komunikasi politiknya.
Tapi di podium itu pula bisa berbalik menjadi "mimbar pengganggu" jika seseorang tampil tidak memiliki bakat alamiah, tidak berproses dalam dialektika politik, terlebih jika hadir secara "instan" dan "disubsidi" kekuatan politik di luar power personal dirinya. Ia akan terhimpit secara psyikhologis dan "ambyar" seluruh hapalan di kepala.
Pangi Syarwi, pengamat politik sekaligus direktur eksekutif lembaga survey "Voxpol Center Reasech", menduga bahwa pilihan tema debat malam ini tentang infrastruktur, tata kelola APBN/APBD dan ekonomi digital didesain untuk Gibran dalam rangka menjawab keragu ragu an publik akan kompetensinya.
Tema di atas memang relatif tidak "familier" dengan kompetensi Gus Imin di mana selama ini lebih intens dalam pergulatan advokasi sosial dan politik dan Mahfud MD lebih dikenal menguasai persoalan hukum, dua cawapres lain selain Gibran.
Apapun desain tematik dan skenario terkait debat cawapres malam ini - jika itu benar adanya - podium debat pilpres bukanlah "lomba pidato" sekedar menghadirkan basa basi politik, janji janji politik yang dihafal, joget joget ala "blimbing sayur" dan kebohongan yang dinarasikan seolah olah serius "demi bangsa, negara dan rakyat Indonesia".
Podium panggung debat dalam tradisi negara demokrasi modern mengekspresikan minimal dua hal :
Pertama, sebagai panggung besar untuk mengartikulasikan keberpihakan ideologi politik yang dianutnya yang mengkristal dalam alam pikirannya dalam breakdown program program maslahat publik
Kedua alat uji seberapa piawai seorang tokoh publik berimprovisasi menghadapi moment moment di panggung podium yang datang tiba tiba. Itulah yang dimaksud Roselvet sebagai "mimbar pengganggu".
Dua hal di atas relatif terbiasa menjadi "lapangan bermain" Gus imin.
Itulah daya tarik yang layak ditunggu dari effect kejut apa dari guyonan politik segar yang hendak dihadirkan Gus imin dalam debat pilpres 2024 selain visi misi normatif yang formatnya diatur atur KPU RI secara membosankan.
Mari kita saksikan penampilan "kocak bermutu" Gus Imin dalam podium debat malam ini, seorang tokoh politik "genuine" NU - menurut Gus Yahya "Muhaimin susah dimatikan sekencang apapun sejarah membanting bantingnya" (Gus Yahya dalam "terong gosong", 21/10/2021).
Lho lho lho ga bahaya tah?
TAG#ADLAN, #GANJAR MAHFUD, #AMIN
190326238
KOMENTAR