Ekspor Besi & Baja Naik 91% Sepanjang Semester I/2018

Jakarta, Inako
Primadona kenaikan ekspor besi dan baja berasal dari produk paduan ferro nickel dengan nomor HS 7202.60.00. pada periode Januari-Juni 2018. Demikian Badan Pusat Statistik, merilis bahwa pada periode tersebut besi dan baja tumbuh sebesar 91% secara tahunan (y-o-y) dari US$1,32 miliar menjadi US$2,53 miliar.
“Produk ini banyak diekspor ke China,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (16/7/2018).
Jonathan Handojo, Penasehat Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), menjelaskan produk tersebut merupakan barang setengah jadi dan sering disebut nickel pig iron (NPI). NPI ini terdiri campuran nikel dan besi.
“NPI dikirim ke pabrik di China untuk diolah menjadi stainless steel dengan ditambahkan chrome,” kata Jonatan.
Menurutnya, permintaan NPI ke China memang sedang meningkat karena beberapa pabrik penghasil stainless steel sempat berhenti. Hal ini disebabkan pabrik-pabrik di Negara Tirai Bambu tersebut kesulitan mendapatkan bahan baku ketika ekspor konsentrat dilarang pada 2014.
Saat ini, industri nasional sudah mulai memproduksi stainless steel , yaitu PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (GCNS) dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang berada di Kawasan Industri Morowali dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 1 juta ton per tahun.
Jonatan berpendapat industri dalam negeri harus diarahkan untuk memproduksi produk hilir yang bernilai tambah sehingga dapat langsung mengekspor produk jadi. “Persoalannya adalah harus ditentukan dulu produknya untuk apa, apakah untuk food grade, farmasi, atau kosmetik karena jenisnya beda. Indonesia belum terlalu familiar,” katanya.
KOMENTAR