Hadapi New Normal, Pemerintah Dorong Adaptasi Teknologi Pada Sektor Perikanan

Johanes

Saturday, 30-05-2020 | 22:04 pm

MDN

Jakarta, Inako

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong adaptasi teknologi di sektor perikanan guna menyongsong masa new normal pandemi covid-19. Adaptasi teknologi diperlukan agar industri perikanan Indonesia semakin produktif dan kompetitif dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya perikanan.

“Menyongsong era new normal, banyak sekali tantangan yang kita hadapi di sektor perikanan. Seperti tantangan menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan, distribusi ikan antara satu daerah dengan yang lain, hingga pengaturan pola dan cara tangkap ikan di laut,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Konservasi Perairan dan Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Deputi Bidang Sumber Daya Maritim, Kemenko Marves, Dr. Andreas A. Hutahaean di Jakarta, Sabtu (30/5/2020).

Andreas mengatakan, adaptasi teknologi dapat dilakukan melalui inovasi sederhana seperti teknologi digital, hingga kompleks dengan menggunakan aplikasi Data Besar (Big Data) atau Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligent). Menurutnya, adaptasi teknologi terbukti berdampak positif. Seperti mempercepat proses suatu kegiatan, menjaga kualitas lingkungan dan mutu produk, hingga menumbuhkan unit usaha lain yang mendukung usaha yang telah ada (multiplier effect).

Andreas menyebutkan kisah sukses pada sub-sektor perikanan tangkap di sejumlah negara seperti Jepang, Kanada, Taiwan, dan Amerika Serikat, yang berhasil memadukan data satelit dengan sistem kecerdasan buatan untuk memantau aktivitas kapal di tengah lautan secara langsung hingga mengidentifikasi ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan.

Sementara pada sub-sektor perikanan budidaya, negara seperti Jepang dengan jumlah produksi ikan lebih dari 4,4 juta ton atau senilai USD16,1 miliyar pada tahun 2018, terus berinovasi untuk meningkatkan produksi perikanan budidayanya.

“Negara skandinavia seperti Norwegia bahkan telah mengekspor sekitar 2,7 juta ton ikan laut  dengan nilai US$ 10,4 Miliyar pada tahun 2019 yang sebagian besar (71%) merupakan hasil budidaya perikanan dengan perpaduan sistem kecerdasan buatan yang baik,” imbuh Andreas yang menamatkan doctoral di bidang kelautan dari Universitas Nagoya, Jepang.

Adaptasi Teknologi Untuk Hilirisasi Produk Perikanan

Di Indonesia, pengunaan sistem kecerdasan buatan di industri perikanan kurang mendapatkan perhatian.  Namun dalam skala kecil, kecerdasan buatan telah digunakan pembudidaya. Seperti sistem otomatisasi pengaturan pakan ikan atau penggunaan akustik untuk mengestimasi populasi serta densitas ikan.

Di masa pandemi covid-19 kebutuhan protein hewani bersumber dari ikan meningkat. Menurut data KKP tahun 2019, konsumsi ikan nasional berkisar  54,5 kg perkapita. Andreas mengatakan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan itu, penggunaan kecerdasan buatan bisa difokuskan pada hilirisasi produksi perikanan nasional. Seperti penyediaan informasi kebutuhan dan kesediaan pasokan ikan serta distribusi di masyarakat.

Untuk menjawab hal itu, lanjut Andreas, dibutuhkan data dasar meliputi: pemetaan karakter kantong-kantong produksi ikan nasional; jumlah kebutuhan dan populasi tiap daerah kota/kabupaten; kapasitas ruang penyimpanan atau cold storage; dan alternatif transportasi yang tersedia.

“Informasi ini dapat menjadi dasar melakukan tindakan cepat menjaga rantai pasokan dan distribusi hasil perikanan antardaerah bahkan antarpulau di tanah air,” ucap Andreas yang menggeluti perkembangan teknologi sektor kelautan dan perikanan lebih dari 15 tahun ini.  

Karenanya, lanjut Andreas, pengembangan platform kecerdasan buatan yang terintegrasi adalah hal mendesak saat Indonesia tengah menyongsong era new normal. Suatu platform yang bisa memahami proses produksi, mengetahui ketersediaan dan kebutuhan pangan, hingga mampu beradaptasi terhadap perubahan perilaku kebutuhan dan keinginan masyarakat.

“Dengan pengunaan platform kecerdasan buatan yang terintegarsi, pencapaian target pemerintah meningkatkan produksi dan menggenjot ekspor ikan terutama udang hingga 250% pada tahun 2024 adalah suatu keniscayaan,” pungkas Andreas.

KOMENTAR