Harga CPO Kembali Rebound

Jakarta, Inako
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) acuan kontrak Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup menguat 1,14% ke posisi MYR 2.129/ton (US$ 522,45/ton).
Selama sepekan, harga CPO telah terangkat 0,61% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun 2019, harganya tercatat menguat 0,38%.
Akhirnya setelah menyentuh posisi terendahnya dalam tiga bulan pada minggu lalu, minyak sawit kembali bergairah.
Selain karena harganya yang sudah terlampau murah, tampaknya pelaku pasar mulai memperhitungkan prediksi peningkatan permintaan dari India.
Direktur manager G.G. Patel & Nikhil Research Company, Godindbhai Patel mengatakan bahwa impor minyak sawit India ada kemungkinan untuk meningkat sebesar 10,3% YoY menjadi 9,6 juta ton di tahun panen 2018/2019, yang mana dimulai pada November.
Salah satu penyebabnya adalah harga CPO yang sudah sangat murah. Ini membuat pelaku industri semakin tertarik untuk menggunakan CPO ketimbang saingannya (minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari).
"Impor minyak sawit akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Pada level harga yang sekarang, [harga minyak sawit] sangat kompetitif dibanding minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari," ujar Patel, mengutip Reuters Senin (18/3/2019).
Bila hal tersebut benar-benar terjadi, maka jumlah tersebut merupakan rekor yang tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, musim dingin di India yang sudah hampir berakhir juga akan meningkatkan permintaan akan minyak sawit.
Pasalnya, saat musim dingin, rumah tangga cenderung enggan menggunakan minyak goreng tropis karena mudah membeku.
"Musim dingin hampir berakhir. Mengingat sawit lebih murah dan suhu meningkat, usaha penyulingan akan meningkatkan impor," ujar B.V. Metha, direktur eksekutif Solvent Extractors' Association of India (SEA).
Meski demikian, pelaku pasar juga masih berjaga-jaga akan kemungkinan harga CPO yang kembali menukik.
Pasalnya, dari sisi fundamental sekarang ini pasokan masih terbilang cukup tinggi, dan permintaan belum terlihat meningkat.
"Secara fundamental, melihat permintaan, harga seharusnya masih berada di dalam tekanan. Ini lebih seperti rebound teknikal. Saya belum melihat adanya permintaan yang meningkat dengan pesat," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.
"Benar memang harga [CPO] sudah rendah, namun pelaku pasar masih meyakini ada ruang untuk kembali melemah. Stok masih cukup dan produksi juga bagus," tambah pialang lainnya.
Seperti yang telah telah diketahui, pada akhir tahun lalu, stok minyak sawit Indonesia dan Malaysia melejit akibat produksi yang meningkat. Membuat harga CPO amblas.
Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga tengah berada dalam perseteruan dengan Uni Eropa. Penyebabnya adalah larangan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel di Benua Biru yang akan secara diimplementasikan secara bertahap hingga 2030.
Memang benar aturan tersebut tidak lantas menghapus penggunaan sawit secara instan. Namun tetap saja, importir akan cenderung main aman dengan mencari solusi alternatif, seperti minyak kedelai, rapeseed, atau biji bunga matahari.
"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "importir tampaknya akan enggan untuk mengambil risiko."
TAG#Sawit, #Harga CPO, #Minyak Sawit, #Impor, #Ekspor
190328032
KOMENTAR