Harga Minyak Stabil: Dampak Perundingan Damai Rusia-Ukraina

Jakarta, Inakoran
Harga minyak menunjukkan stabilitas seiring dengan perkembangan positif terkait kemungkinan kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Para investor mulai mencermati bagaimana hasil perundingan ini dapat memengaruhi pasokan minyak global dan mengubah dinamika pasar energi. Meskipun terdapat tantangan yang muncul, seperti serangan drone di wilayah Kaspia, harga minyak tetap menunjukkan ketahanan yang menarik untuk dianalisis.
Harga minyak brent crude mengalami kenaikan sebesar 36 sen, mencapai US$75,10 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 45 sen menjadi US$71,19 per barel pada pukul 17:03 GMT.
Stabilitas ini terjadi di tengah perdagangan yang diperkirakan akan tetap tenang karena hari libur Presidents’ Day di Amerika Serikat. Keberadaan faktor-faktor eksternal, termasuk potensi peningkatan pasokan global dan serangan terhadap infrastruktur minyak, menjadi pendorong utama pergerakan harga.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Naik Rp 8.000: Selasa (18/2/2025)
IHSG Menguat di Posisi 6.856,94: Selasa (18/2/2025)
Harga Minyak Dunia Turun: Dampak Rencana Damai Rusia-Ukraina
Harga Minyak Stabil: Jumat (14/2/2025)
Dampak Kesepakatan Damai
Analis dari Bank of America (BofA) memperkirakan bahwa jika sanksi terhadap Rusia dicabut, harga minyak Brent bisa mengalami penurunan antara US$5 hingga US$10 per barel. Ini karena pengiriman minyak dari Rusia tidak lagi harus menempuh perjalanan jauh ke negara-negara seperti India atau China, yang berarti pasokan yang lebih banyak akan tersedia di pasar global.
Dalam catatan mereka, BofA juga menyatakan bahwa margin penyulingan global dapat berkurang lebih jauh jika sanksi terhadap solar Rusia dicabut.
Sementara di satu sisi, Presiden AS Donald Trump menyatakan harapannya untuk segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas potensi penghentian perang di Ukraina. Dalam beberapa hari ke depan, AS dan Rusia dilaporkan akan mengadakan pembicaraan awal di Arab Saudi, yang bisa menjadi titik balik dalam situasi yang telah berlangsung lama ini.
Sementara itu, para pemimpin Eropa mengadakan pertemuan darurat di Paris, menunjukkan komitmen untuk mendukung kesepakatan damai di Ukraina. Inggris bahkan menyatakan kesiapan untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian, menandakan bahwa situasi ini terus menjadi perhatian global.
Meskipun ada harapan untuk kesepakatan damai, prospek perang dagang global dapat menahan laju kenaikan harga minyak. Presiden Trump baru-baru ini memerintahkan studi tarif balasan terhadap negara-negara yang menerapkan tarif pada barang-barang AS, menciptakan ketidakpastian tambahan di pasar.
Analis dari Panmure Liberum, Ashley Kelty, menyatakan bahwa fundamental pasar masih mengarah pada kelebihan pasokan tahun ini, dengan kekhawatiran akan dampak negatif tarif AS terhadap pertumbuhan permintaan.
Serangan Drone di Kaspia
Sementara itu, serangan drone yang menghantam stasiun pompa pipa minyak Kropotkinskaya di wilayah Krasnodar, Rusia selatan, memberikan dukungan bagi harga minyak.
Serangan ini mengurangi aliran minyak dari Kazakhstan ke pasar global dan dianggap sebagai tindakan terorisme oleh Konsorsium Pipa Kaspia (CPC). Meskipun belum ada konfirmasi mengenai keterlibatan Ukraina, meningkatnya frekuensi serangan ini dapat menimbulkan risiko pasokan di masa depan.
Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyatakan bahwa meskipun dampak serangan drone ini masih terbatas pada ekspor minyak Rusia, kekhawatiran akan potensi serangan di masa depan dapat menambah volatilitas harga. Selain itu, pelemahan indeks dolar AS, yang dipicu oleh data penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan, turut memberikan dukungan bagi harga minyak.
KOMENTAR