Indef Perkirakan CAD di 2018 Tak Lebih 3,1% dari PDB

Jakarta, Inako
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang 2018 tidak akan melebihi 3,1% dari produk domestik bruto (PDB).
"Saya memprediksi, CAD di kisaran 2,9% sampai 3,1% sampai akhir tahun," ujar Bhima di Jakarta, Jumat (9/11).
Menurut Bhima, di kuartal IV memang akan ada kenaikan barang impor, melihat permintaan barang impor bahan baku, khususnya untuk barang konsumsi meningkat. Hal ini sejalan dengan adanya libur natal juga tahun baru.
Sementara, dari sisi ekspor pun tidak akan ada kenaikan yang signifikan karena industri manufaktur yang tidak memanfaatkan utilitas produksi dengan maksimal.
Ditambah, negara tujuan ekspor yang sudah menghadapi musim dingin dan libur panjang, sehingga membuat permintaan atas bahan baku dari Indonesia berkurang.
Meski impor meningkat dan ekspor tak meningkat signifikan, Bhima berpendapat penurunan harga minyak mentah saat ini masih bisa menolong neraca dagang Indonesia.
"Saat ini harga minyak mentah sudah di bawah US$ 70 per barel untuk Brent, sehingga dari defisit migasnya masih ada ruang," tutur Bhima.
Di kuartal III tahun ini, Bank Indonesia mencatat CAD US$ 8,8 miliar atau 3,37% dari PDB. Angka ini melebar dibandingkan CAD kuartal II 2018 yang sebesar 3,02% dari PDB.
Bhima menuturkan, adanya peningkatan CAD ini lantaran defisit migas yang masih menjadi masalah. Apalagi, impor minyak Indonesia sangat besar setiap harinya. Ditambah, pemerintah juga masih mempertahankan harga BBM subsidi.
Ilustrasi defisit transaksi berjalan [ist]
TAG#Indef, #Defisit Transaksi Berjalan, #CAD, #Impor, #Ekspor
190315577
KOMENTAR