Indosat Merugi Rp 2,4 Triliun Sepanjang Tahun 2018

Jakarta, Inako
PT Indosat Tbk (ISAT), anak usaha Ooredoo asal Qatar mencatatkan rugi bersih Rp 2,4 triliun pada 2018. Perseroan juga mencatatkan rugi per saham Rp 442,38.
Kinerja merugi tersebut membalikkan keadaan karena pada 2017 perusahaan yang dipimpin oleh Chris Kanter masih mencatatkan laba Rp 1,13 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan hari ini, kinerja mengecewakan Indosat disebabkan oleh anjloknya pendapatan sebesar Rp 6,6 triliun atau 22,68%.
Pendapatan Indosat pada 2018 mencapai Rp 23,14 triliun, sementara setahun sebelumnya tercatat Rp 29,93 triliun.
Penurunan pendapatan terbesar pada lini bisnis seluler dari Rp 24,49 triliun menjadi Rp 18,03 triliun. Sementara lini bisnis multimedia, komunikasi data dan internet turun Rp 134,2 miliar menjadi Rp 4,38 triliun. Adapun telepon tetap turun dari Rp 913 miliar menjadi Rp 729,3 miliar.
Dari sisi beban, sebenarnya mengalami penurunan pada penyelenggaraan jasa, penyusutan & amortisasi, pemasaran serta umum & administrasi. Namun penurunan beban jauh lebih rendah dibandingkan penurunan pendapatan.
Sepekan lalu, tanda-tanda laporan keuangan yang mengecewakan sebenarnya telah terungkap di laporan keuangan Ooredoo yang tercatat di Qatar Stock Exchange dan di Abu Dhabi Securities Exchange.
Ebitda Indosat turun 43,92% menjadi Rp 7,67 triliun pada 2018 dari Rp 13,69 triliun yang dikantongi perusahaan sepanjang 2017 lalu.
Hingga periode tahun tersebut perusahaan sudah memiliki area coverage untuk jaringan 4G mencapai 80%. Berdasarkan data perusahaan, pasca diluncurkan jaringan 4G di beberapa daerah, lalu lintas data meningkat cukup besar.
Adapun jumlah penggunanya hingga akhir tahun lalu tercatat berjumlah 58 miliar pengguna.
Sebelumnya Konsensus analis memprediksi tingkat ebitda PT Indosat Tbk (ISAT) sepanjang 2018 tertekan sebesar 44% secara year on year (YoY) menjadi Rp 7,68 triliun dibandingkan dengan tahun 2017.
Adapun secara quarter to quarter (QtQ) ebitda ISAT juga tertekan hingga 13,5%. Ebitda adalah laba sebelum beban bunga, beban pajak, beban depresiasi, dan beban amortisasi, yang biasa digunakan untuk melihat kinerja organik perseroan.
Michael W Setjoadi dan Jessica Pratiwi dari RHB Sekuritas Indonesia dalam risetnya pada Senin (25/2/2019) menyebutkan pendapatan perusahaan Telekomunikasi milik Ooredoo Qatar itu terpangkas 27% YoY menjadi Rp 23,14 triliun.
TAG#Indosat, #Telpon, #Telpon Seluler, #Rugi, #Laporan Keuangan
190327348
KOMENTAR