Jokowi Siap Dua Menteri Baru untuk Dorong Investasi

Sifi Masdi

Tuesday, 12-03-2019 | 19:19 pm

MDN
Presiden Joko Widodo [ist]

Jakarta, Inako

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengungkapkan pada tahun 2018, terjadi penurunan investasi sebesar 8,8%. Bahkan jika menggunakan formula FDI [Foreign Direct Investment] turunnya jauh lebih parah hingga 30%. 

Padahal investasi dan ekspor menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, serta solusi untuk memperbaiki neraca berjalan, juga neraca perdagangan.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku geregetan, karena persoalan investasi dan ekspor sangat sulit teratasi. Oleh karena itu, ia meminta agar BKPM, PTSP, dan kementerian-lembaga lainnya, termasuk pemerintah pusat dan daerah segera bertindak dengan "menutup mata" untuk memudahkan proses perizinan.

"Kami minta yang namanya PTSP, bupati, walikota gubernur, kalau ada investor mau investasi dalam bidang apapun, segera beri izin, tutup mata, tidak perlu banyak bertele-tele! Tapi ya jangan tutup mata saja, kawal, tunjukkan kalau mau beli lahan, di sini ada, di sini ada," ujar Jokowi dalam rakornas BKPM, Selasa (12/3/2019).

"Kalau ada yang mau mendirikan industri untuk ekspor, jangan lama-lama, sejam beri izin, biar dia tidak pergi. Jangan malah ditanya macam-macam, nanti dia balik badan, tidak jadi pergi ke kita, pergi ke Vietnam."

Bila perlu, Jokowi ingin ada dua menteri khusus untuk mengurusi investasi dan ekspor.

Pasalnya, Jokowi melihat indikator ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhannya, inflasi, kestabilan nilai Rupiah, dan hampir semuanya, positif. Bahkan, dari hasil survey UNCTAD, Indonesia menduduki peringkat ke-4 negara paling menarik untuk investasi.

Tapi dalam hal investasi, Indonesia selalu kalah saing dengan negara tetangga.

"Kita kalah rebutan, kalah merebut investasi, kalah merebut pasar. Yang namanya investasi dan ekspor kita kalah dengan Singapura, dengan Malaysia? ya kalah, Thailand? ya kalah, Filipina? ya kalah, Vietnam? ya kalah. Kita tidak mau lagi ditinggal Kamboja, Laos."

"Saya sudah sampaikan, baru seminggu lalu dalam forum rapat kabinet; apakah perlu namanya menteri investasi dan menteri ekspor? Khusus sudah. Wong penyakit kita di situ. Di EU [Eropa] ada menteri khusus investasi, ada menteri ekspor, negara lain juga sama. Dari sisi kelembagaan kita perlu dua menteri itu."

<

KOMENTAR