KNKT Desak Audit Kapal Feri Penyeberangan

Jakarta Inako
Faktor keselamatan transportasi adalah keutamaan dari seluruh variable dunia transportasi. Perlakuan ketat terhadap transportasi udara, seharusnya peranan yang sama ketatnya, diterapkan pada transportasi air, laut dan darat.
Jika pesawat terbang saja dipersiapkan pelampung mengapa justru kapal laut dan semacamnya transportasi air sebaliknya hanya sedikit pelampung tersedia, dari sebuah rute perjalanan laut. Yang teranyar adalah kecelakaan KM Sinar bangun Danau Toba Sumatera utara, sedikitnya 164 tewas dan jasad tidak bisa diangkat berada pada 450 meter dasar danau.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendukung gagasan untuk mengaudit angkutan penyeberangan, termasuk kapal feri, seiring maraknya kasus kecelakaan laut yang kerap melibatkan moda transportasi itu.
Ketua KNKT Soerjanto mengatakan audit dilakukan untuk mengetahui problem angkutan penyeberangan secara menyeluruh, untuk kemudian diperbaiki.
"Feri ini unik. Dibenci dan dibutuhkan, dibenci dan dirindu. Kalau ada, begitulah kondisinya. Tapi kalau enggak ada, harus seperti apa kondisinya. Ini yang perlu kita perbaiki ke depannya," katanya saat dihubungi, Selasa (3/7/2018).
Presiden Joko Widodo sebelumnya memerintahkan agar seluruh angkutan penyeberangan dievaluasi sebagai respons atas kasus KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba.
KNKT sebenarnya telah menyampaikan sejumlah rekomendasi setelah terjadi kasus kecelakaan beruntun belakangan ini. Selama hampir 7 bulan berjalan tahun ini saja, KNKT sudah menyelidiki 28 kasus kecelakaan kapal yang sering melibatkan kapal roll on-roll of (ro-ro).
Setelah mengevaluasi kasus kebakaran, seperti yang menimpa KMP Ro-Ro Paray rute pelabuhan Jagoh-Penarik, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, KNKT merekomendasikan agar dibentuk semacam regulated agent (RA).
Seperti kargo udara, barang-barang yang diangkut oleh kapal feri harus diperiksa untuk memastikan barang itu tidak berbahaya. Kalaupun berbahaya, perlu ada ketentuan untuk mengemas dan mengangkutnya atau semacam material safety data sheet (MSDS).
"Truk-truk yang masuk ke kapal ro-ro biasanya sopirnya tidak tahu barang apa yg diangkut karena sopir bawa truk ke agen, agen yang numpuk berapa puluh barang. Sudah penuh satu truk, kemudian dibawa ke Balikpapan, Banjarmasin. Tahu-tahu di tengah laut truknya terbakar, kapalnya terbakar," tutur Soerjanto.
TAG#Kemenhub, #Hubla, #Kapal Feri, #KNKT
190314064
KOMENTAR