Produk multivitamin naik daun di tengah pandemi Covid-19

Jakarta, Inako
Sari berita Ekonomi dan Bisnis
Produk multivitamin naik daun di tengah pandemi Covid-19, namun sejumlah perusahaan farmasi belum menjadikan multivitamin sebagai bisnis utama.
BACA JUGA:
Bank Mandiri Bermitra dengan Tableau untuk Membangun “Data Driven Culture”
Perusahaan farmasi menilai kenaikan pasar akan berlanjut seiring dengan tingkat kesadaran masyarakat yang meningkat untuk menjaga imunitas tubuh.
Seperti PT Indofarma Tbk (INAF) yang telah menyiapkan produk multivitamin baru yang akan dipasarkan mulai Juli 2020. INAF meyakini ekspansi tersebut akan mendukung target pertumbuhan kinerja di masa yang akan datang. Selain multivitamin, INAF juga fokus terhadap penjualan alat kesehatan. Hingga Juni 2020, INAF mencatat penjualan multivitamin meningkat 8,5% (yoy).
BACA JUGA:
Pengecer vitamin, Ajukan kebangkrutan di AS, 1.200 toko ditutup akibat Corona
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak akan merelaksasi ekspor bijih nikel kadar rendah.
Dengan begitu, kebijakan larangan ekspor bijih nikel kadar rendah masih berlaku.
Penetapan formulasi harga patokan mineral (HPM) sudah mempertimbangkan hasil pertemuan dengan para pelaku usaha dan instansi terkait sejak tahun 2018 hingga April 2020.
Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) meminta pemerintah kembali membuka ekspor bijih nikel kadar rendah secara terbatas. Hal ini dikarenakan pengusaha smelter lokal menolak membeli bijih nikel dengan acuan HPM.
Pemerintah Arab Saudi melalui General Authority of Saudi Customs menaikkan bea masuk untuk 575 produk asal Indonesia pada 18 Juni 2020.
Kenaikan bea masuk hingga 15% ini diyakini akan berdampak pada kinerja ekspor nnmigas Indonesia.
Kementerian Perdagangan mengungkapkan beberapa produk yang terdampak antara lain, produk otomotif dengan bea masuk naik dari 5% menjadi 7%, produk kertas dan turunannya naik dari 5% menjadi 8-10%, serta besi, baja dan barang dari besi/baja naik dari 5% menjadi 8-20%.
Nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi mencapai lebih dari USD624 juta.
KOMENTAR