Prof. Agus Surono: BUMN Garuda Butuh Nahkoda Merah Putih

Hila Bame

Monday, 09-12-2019 | 07:28 am

MDN
Prof. Dr. Agus Surono (tengah) Pakar Hukum Pidana dan Guru Besar Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) (foto Inakoran.com/InaTV)

Jakarta, Inako

 

"BUMN, seperti Garuda dan yang lain-lain butuh nahkoda yang niatnya untuk merah putih. Bukan untuk kepentingan pribadi. Integritas seseorang sangat penting untuk membawa garuda menjadi the leading sector national /internasional air transportation", tegas Prof. Dr. Agus Surono, Guru Besar Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) kepada Inakoran.com, Minggu (8/12/2019). 

 

Lebih lanjut Prof Agus mengatakan, Garuda Indonesia merupakan salah satu BUMN yang bergerak dalam transportasi national dan International, yang tentu dalam pengelolaannya harus menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG: Pengelolaan Usaha berdasarkan atau tata kelola usaha berdasarkan aturan atau UU yang berlaku)  dalam segenap unit atau divisi usaha  di Garuda Indonesia.

Penerapan prinsip Good Corporate Governance harus dilakukan secara menyeluruh dan konsisten, baik dalam manajemen, hukum, dan juga dalam pelayanan kepada konsumen baik domestik maupun internasional, punkasnya. 

Pengelolaan Garuda Indonesia untuk kepentingan Merah Putih harus bener-bener terpatri dalam hati sanubari insan stakeholder Garuda Indonesia, tanpa kecuali. Sehingga kepentingan Indonesia lah yang harus dikedepankan yaitu demi kejayaan di udara dalam penyelenggaraan transportasi udara baik skala nasional maupun internasional, sehingga Merah Putih berkibar diudara baik di wilayah nasional Indonesia maupun diatas benua internasional, tegas Prof Agus. 

 

Sementara menurut Andre VInsent Wenas Politisi dari Partai Solidaritas Indonesia(PSI), pemerintah perlu mengambil langkah segera sebagai berikut:

Meneruskan jalannya perusahaan sambil membalikkan kinerjanya jadi positif kembali merupakan suatu tantangan tersendiri. Perlu spirit tangguh dan etos kerja luar biasa untuk terus cari jalan demi mengembalikan kejayaan korporasi. 

 


Andre Vinsent Wenas, MBA. (Partai Solidaritas Indonesia)
 

   Pertama-tama,  periksa laporan keuangan. Minimal tiga laporan keuangan dasar perusahaan, yakni:

1. Laporan keuangan arus-kas (cash-flow). Jangan sampai aliran dana keluar lebih besar dari aliran dana masuk (negative cash-flow).
2. Laporan neraca (balance-sheet) yang merupakan potret kekayaan atau asset perusahaan. Periksa apakah nilai utang lebih besar dibanding dengan harta, ini namanya negative networth.
3. Laporan rugi laba (profit and loss/income statement). Seperti kita tahu, laporan ini menggambarkan operasional perusahaan: bagaimana posisi laba kotor (gross profit) yang merupakan hasi dari pendapatan (revenue) dikurangi harga perolehan (cost of good sold).

   Dari laporan rugi-laba ini, kita juga bisa melihat laba operasi (operating profit), yakni keuntungan yang diperoleh setelah dipotong ongkos operasional (seperti gaji, ongkos promosi dan penjualan, sampai biaya administrasi). Lalu, kita juga bisa melihat laba ditahan (retained earnings), apakah masih ada yang tersisa? Ini perlu untuk pertumbuhan perusahaan di masa depan, jangan sampai posisinya negatif.

   Dari analisa ketiga laporan keuangan tersebut dan blusukan ke beberapa situs perusahaan, pelanggan, mitra bisnis, kita bisa mulai melakukan restrukturisasi dan strategi turn-around perusaahan. Untuk perkara ini kita belajar dari pakarnya, Robby Djohan, yang telah membesarkan Bank Niaga, merestrukturisasi Garuda Indonesia Airways, serta memimpin penggabungan beberapa bank plat merah bermasalah menjadi Bank Mandiri.

Simak Video InaTV jangan lupa "klik Subscribe and Like" untuk NKRI Hebat.

KOMENTAR