Sinshe Lim Suriady: Waspada Hoax di Saat Liburan

Hila Bame

Saturday, 01-06-2019 | 09:56 am

MDN
Sinhe Lim Suriady menerima piagam penghargaan sebagai narasumber dari Wakil Rektor 1 UNISA Yogyakarta Taufiqurahman, PhD

Yogyakarta, Inako

Bertempat di Yogyakarta, Program Vokasi Humas UI, menyelenggarakan 3 kegiatan Serial Pengabdian Masyarakat (Pengmas) bersama Kampus Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta; TVRI Yogyakarta; dan Masyarakat Umum dalam talkshow & dialog tentang “Saring Sebelum Sharing. Dalam Perspektif Sosial, Media, Keluarga, dan Kesehatan”. Ketiga kegiatan dihadiri lebih dari 100 peserta.


Ketua Prodi Vokasi Humas UI DR.Devie Rahmawatie, Mhum, CPR sedang menyampaikan Materi tentang bahaya Hoax
 

Dalam tiga pertemuan tersebut, keempat pembicara, yaitu Devie Rahmawati, Amelita Lusia, Reska Herlambang dan Lim Suriady membeberkan sejarah, motivasi dan parktik-praktik hoax baik di dalam maupun luar negeri. Isu dan dampak dari produksi dan penyebaran berita hoax bahkan mampu menghilangkan nyawa manusia. Berkenaan dengan kegiatan yang berlangsung di Bulan Ramadhan, dalam sebuah dialog, tim menyampaikan informasi tentang Hoax yang juga membayang-bayangi suasana liburan.

“Liburan menjadi salah satu momentum yang tidak terlepas dari terjangkitnya virus sosial, penyebaran hoaks. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Universitas Central Florida Rossen College, media sosial menjadi sumber informasi liburan yang tidak terbatas, termasuk evaluasi  tentang pelayanan hotel, rumah makan, dan tempat – tempat wisata,” ujar Devie Rahmawati, Founder Klinik Digital Vokasi, pelaksana pengmas.

“Satu dari tiga evaluasi (review/comment) tentang fasilitas liburan adalah informasi palsu (hoax). Para pemberi review dengan sengaja memberikan penilaian negatif, agar mendapatkan kompensasi finansial dari komentar yang mereka berikan di media sosial. Karena ketika tulisan yang diberikan kemudian dibaca oleh banyak orang, maka mereka akan mendapatkan keuntungan ekonomi dari setiap komen atau klik yang diberikan oleh pembaca lain,” tambah Devie Rahmawati, Kaprodi Vokasi Humas UI.

“Situasi yang berbahaya dari komentar negatif terhadap industri pelayanan ialah, komentar negatif tersebut cepat menyebar. Dalam sebuah studi , ditemukan bahwa satu info negatif akan tersebar ke delapan  hingga sepuluh  orang lainnya. Hal ini yang tidak terjadi dengan info atau komentar positif, yang justru tidak cepat menyebar sebagaimana halnya berita negatif,” seru Amelita Lusia, co-founder Klinik Digital Vokasi UI.

“Perilaku ini berbahaya sekali bagi industri hospitality. Mengingat masyarakat memiliki karakter yang tidak ingin mengambil resiko, sehingga berita negatif menjadi lebih penting dibandingkan dengan berita positif, “ tambah Reska Herlambang, pengajar praktik Kampanye Persuasif di Vokasi Humas.

“Upaya mengatasi hal ini, industri diharapkan lebih proaktif untuk satu, mengurangi jumlah pemberi komentar yang anonim. Pastikan setiap individu yang akan memberikan komentar telah mendaftarkan diri secara resmi; Kedua, tambahkan pesan yang dapat mendorong perilaku positif seperti “berikan komentar yang jujur”,” tutup Lim Suriady, Pengajar Praktik kampanye persuasif.

“Beberapa kebohongan lain yang perlu diwaspadai ketika berlibur ialah penipuan pemberian Gift Card misalnya. Karena survei menunjukkan sebesar 61 persen individu di era modern menginginkan gift card sebagai salah satu hadiah liburan. Hal ini ditengarai, sudah banyak transaksi belanja yang dilakukan secara online, “ ujar Amelita Lusia, peneliti komunikasi vokasi UI.

“Selain itu juga ada website dan aplikasi palsu, yang mengatakan bahwa mereka menjual barang-barang mewah misalnya, namun dengan harga potongan (diskon), yang membuat banyak konsumen tergiur. Kenyataannya mereka hanya ingin mengambil data kita termasuk data keuangan seperti kartu kredit. Hal ini terjadi dimanapun, sebagaimana di Eropa tahun 2018 lalu terdapat 5000 orang menjadi korban penipuan pemesanan (booking) online di saat liburan, dengan nilai kerugian mencapai 7 juta Poundstreling. Sebagian besar penipuan (53%) adalah pemesanan tiket pesawat, ” tambah Devie Rahmawati, peneliti sosial vokasi.

“Modus hoax lainnya ialah pemberitahuan palsu bahwa kita akan menerima kiriman barang. Padahal informasi tersebut tidak benar. Namun sering kali konsumen bukannya mengabaikan informasi tersebut, justru mengikuti keinginan penyebar berita palsu, dengan mengirimkan data-data, karena keinginan untuk mendapatkan “kiriman kaget”, seru Lim dan Reska Herlambang, yang setiap minggu memberikan pendidikan tentang informasi kesehatan kepada masyarakat.

 

TAG#Sinshe Lim Suryadi

190327816

KOMENTAR