Sri Mulyani: “Tingkat Kemiskinan 9,82 Pertama Kali Dalam Sejarah Indonesia”

Sifi Masdi

Tuesday, 17-07-2018 | 11:57 am

MDN
Menteri Keuangan Sri Mulyani [ist]

Jakarta, Inako

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut berbesar hati menanggapi pengumuman Badan Pusat Statistik bahwa per Maret 2018 tingkat kemiskinan mencapai 9,82 persen.

"The first time in the history of Indonesia, tingkat kemiskinannya di bawah 10 persen," kata Sri Mulyani di acara peringatan 10 tahun Adaro masuk Bursa Efek Indonesia Senin (16/7/2018), di Hotel Ritz Carlton Ballroom, Pacific Place.

Sri Mulyani lalu menjelaskan sejumlah perbandingan tingkat kemiskinan di sejumlah masa kepemimpinan presiden sebelumnya. Tingkat kemiskinan pada saat Presiden Kedua RI, Soeharto, berada di level 11 persen. "Mendekati 10 persen dan itu sudah ada Repelita kelima. Kemudian terjadi krisis dan kemiskinan naik lagi ke level 24 persen," tuturnya.

Sementara di zaman Presiden  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sri Mulyani yang menjabat sebagai Menteri Keuangan berupaya menurunkan tingkat kemiskinan. "Pada level hampir mendekati 11 persen juga, tapi setelah itu tetep berhenti pada saat Indonesia belum banyak sekali komoditas," ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, upaya menurunkan di bawah 10 persen merupakan hal yang luar biasa dan pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak berhenti di situ. "Kami masih tidak berhenti di situ, kami ingin turunkan lebih lanjut," ucapnya.

Sebelumnya Kepala BPS Suhariyanto mengatakan tingkat kemiskinan turun hingga 9,82 persen. "Maret 2018 pertama kalinya persentase kemiskinan satu digit, ini terendah," katanya.

Suhariyanto menjelaskan sejak tahun 2002 kemiskinan di Indonesia berangsur menurun. Tahun ini, penduduk di bawah garis kemiskinan turun hingga 633,2 ribu orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2017, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 26,58 juta orang. "Maret 2018 penduduk miskin berjumlah 25,95 juta orang," ujar Suhariyanto.

Jumlah penduduk miskin di perkotaan, kata Suhariyanto turun sebanyak 128,2 ribu orang. Sementara di daerah pedesaan, turun sebanyak 505 ribu orang. Suhariyanto menjelaskan peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dari komoditi bukan makanan. Seperti, perumahan, sandang, dan pendidikan.

Menurut Suhariyanto, jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan adalah beras, rokok kretek, telur ayam, daging ayam, mie instan, dan gula pasir. Kemudian, Suhariyanto menjelaskan komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan, ialah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

 

 

 

KOMENTAR