Ukraina Desak Biden Menjadi "Pemimpin Perdamaian"

Jakarta, Inako

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Rabu (16/3) meminta Amerika Serikat memberi banyak bantuan agar Ukraina bisa mempertahankan diri dari agresi Rusia. Permintaan itu disampaikan Zelenskyy secara virtual di hadapan Kongres. Zelenskyy mengatakan Presiden Joe Biden harus menjadi "pemimpin perdamaian" dunia saat ini.

Zelenskyy, yang juga telah membuat alamat virtual ke parlemen di Eropa dan Kanada, mengulangi seruannya untuk dukungan udara untuk melindungi langit di atas Ukraina.

Akan tetapi, permintaan Zelenskyy ditolak pemerintahan Biden, sebab hal itu akan memicu perang langsung antara Amerika Serikat dan Rusia.

"Hari ini rakyat Ukraina tidak hanya membela Ukraina, kami berjuang untuk nilai-nilai Eropa dan dunia, mengorbankan hidup kami atas nama masa depan," kata presiden berusia 44 tahun itu.

"Sebagai pemimpin bangsa, saya berbicara kepada Presiden Biden. Anda adalah pemimpin bangsa, negara besar Anda. Saya berharap Anda menjadi pemimpin dunia," katanya. "Menjadi pemimpin dunia berarti menjadi pemimpin perdamaian," tambah Zelenskyy.

Selama pidatonya, Zelenskyy juga menampilkan sebuah tayangan video yang memperlihatkan reruntuhan dan korban serangan serta adegan mayat tergeletak di tanah, diakhiri dengan seruan untuk "menutup langit di atas Ukraina."

Pemerintahan Biden telah memberikan bantuan keamanan kepada bekas republik Soviet itu, tetapi tetap berhati-hati tentang setiap langkah yang dapat dianggap "meningkat," seperti pembentukan apa yang disebut zona larangan terbang, yang menurut para pejabat pada dasarnya berarti Pesawat AS "menembak jatuh pesawat Rusia dan mereka berpotensi menembak balik."

Zelenskyy mengajukan pertanyaan dengan anggota parlemen AS, apakah zona larangan terbang "terlalu banyak" untuk diminta, dengan mengatakan apa yang dihadapi Ukraina sekarang mirip dengan pengalaman AS dalam dua serangan paling signifikan dalam sejarahnya -- serangan Jepang serangan di Pearl Harbor pada tahun 1941, yang menarik Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II, dan serangan teror 11 September pada tahun 2001.