Uskup Mandagie Puji Toleransi Di Maluku

Ambon, Inako –
Uskup Diosis Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagie memuji sikap toleransi di antara umat beragama di Maluku. Karena itu, ia berharap toleransi harus terus dipertahankan dan dipelihara sebagai sebuah warisan tradisi yang bisa membongkar sekat-sekat yang menghalangi interaksi antar umat beragama di daerah itu.
"Tradisi toleransi di Maluku terutama saat perayaan keagamaan harus terus dipertahankan dengan kebiasaan saling mengunjungi sebagai cara hidup atau tradisi yang baik," katanya di Ambon, Kamis (13/12).
Terkait hal itu, kepada umat kristiani yang dalam beberapa hari ke depan akan merayakan Natal, ia mengingatkan agar membawa kegembiraan Natal itu kepada sesama yang beragama lain.
Ia menyebut semua agama mengajarkan kebaikan, karena itu perayaan keagamaan harus dijaga sehingga terwujud sukacita atas dasar bahwa Tuhan itu baik dan ada kasih di antara sesama.
Uskup Mandagie juga mengimbau seluruh masyarakat di Maluku untuk menjaga keamanan, mengingat perayaan keagamaan merupakan upaya mendekatkan diri umat dengan Tuhan.
"Tuhan tidak menginginkan adanya kekerasan, bahkan cara hidup yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, karena itu bagaimana kita menghadirkan Tuhan dalam ibadah dan perilaku hidup masyarakat," ujarnya.
Dalam perayaan keagamaan, lanjutnya, biasa disertai ungkapan kegembiraan berupa makan dan minum.
Akan tetapi, katanya, jangan sampai mabuk minuman beralkohol karena hal itu menjadi salah satu sumber terjadinya kekerasan.
"Tugas aparat kepolisian dibantu TNI juga untuk melihat peredaran dan penjualan miras jenis sopi. Kita boleh berpesta tetapi jangan sampai mabuk, apalagi terkait dengan agama tentu akan menjadi sumber konflik," kata dia.
Dia menjelaskan Kota Ambon baru saja ditetapkan sebagai kota toleransi kelima di Indonesia.
Hal itu, katanya, tentu menunjang upaya Maluku untuk menjadi laboratorium kerukunan umat beragama.
Masyarakat, lanjutnya, harus bisa mempertahankan dan berjuang untuk menjadikan Maluku sebagai laboratorium perdamaian, yakni bagaimana masyarakat luar bisa belajar dari Maluku, antara lain lewat penyelenggaraan MTQ, Pesparawi, dan Pesparani di mana terdapat semangat persaudaraan.
"Jangan mau diadu domba, dikotori hanya karena kepentingan seseorang, yang terpenting orang Maluku jangan mau dibodohin karena berdampak pada perekonomian dan pembangunan," katanya.
TAG#Toleransi, #Uskup Mandagie, #Dioses Amboina, #Perayaan Natal
190316088
KOMENTAR