Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bagian dari Peta Jalan Energi Masa Depan RI

JAKARTA, INAKORAN
Apa itu pembangkit listrik tenaga nuklir?
Adalah stasiun pembangkit listrik termal tempat panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan panas sebuah reaktor nuklir untuk menggerakkan generator turbin uap. Kira-kira 20% pembangkitan listrik di Amerika Serikat dihasilkan oleh PLTN
Jika bahan baku listrik yang djumpai saat ini menggunakan batubara, maka pembangkit listrik energi nuklir memakai bahan apakah?
Bahan baku utama energi nuklir adalah uranium, khususnya isotop uranium-235, yang digunakan dalam reaktor nuklir untuk menghasilkan panas melalui reaksi fisi. Selain uranium, thorium juga memiliki potensi sebagai bahan bakar nuklir alternatif.
Berikut penjelasan lebih lanjut:
-
Uranium:
- Uranium adalah unsur radioaktif yang secara alami terdapat di kerak bumi.
Energi nuklir kembali menjadi pembahasan hangat di Indonesia. Setelah sekian lama hanya sekadar wacana, kini pemerintah mulai menaruh perhatian serius pada pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai bagian dari peta jalan energi masa depan.
Ada sejumlah alasan kuat mengapa Indonesia kini percaya diri melangkah ke arah pengembangan energi nuklir. Salah satunya, PLTN dinilai mampu menjadi penyangga sistem kelistrikan nasional berkat kemampuannya beroperasi terus-menerus selama 24 jam dengan tingkat keandalan yang sangat tinggi.
"PLTN bisa menjadi baseload system dengan kapasitas besar. Hampir seluruh PLTN di dunia mencatatkan faktor kapasitas di atas 90%, rata-rata 91-92%, dan ini sudah terbukti stabil beroperasi nonstop,"
Selain andal, energi nuklir juga dikenal ramah lingkungan. Tidak menghasilkan emisi karbon, sehingga sangat sejalan dengan ambisi Indonesia untuk menurunkan emisi dan beralih ke energi bersih. "Ini sumber energi bersih, tanpa emisi karbon," tegasnya.
Memang, investasi awal untuk membangun PLTN tergolong besar. Namun, biaya operasionalnya justru sangat efisien dalam jangka panjang. Bahkan, secara keekonomian, PLTN dinilai kompetitif jika dibandingkan dengan pembangkit batu bara (PLTU) yang selama ini menjadi andalan di dalam negeri. Dari sisi biaya, sebenarnya sangat bersaing,.
Kebutuhan energi yang terus tumbuh pesat juga menjadi alasan lain mengapa Indonesia perlu menjajaki nuklir.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan DEN bersama Kementerian ESDM, PLTN diproyeksikan bisa menjadi solusi untuk memenuhi lonjakan permintaan listrik nasional.
Menariknya, hasil survei menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia mendukung pengembangan nuklir.
"Pada 2016, sekitar 77,5% masyarakat menyatakan setuju PLTN dibangun. Tahun berikutnya, angkanya tetap tinggi, dan di Kalimantan Barat bahkan dukungannya mencapai 88%," ungkap Dadan.
Dari sisi kesiapan sumber daya manusia, Indonesia pun dinilai tak ketinggalan. Pengalaman mengelola teknologi nuklir sudah ada sejak lama lewat tiga reaktor riset yang berlokasi di Yogyakarta, Bandung, dan Serpong.
Meski belum digunakan untuk pembangkit listrik, infrastruktur ini menunjukkan bahwa Indonesia punya bekal yang kuat. Ribuan tenaga ahli nuklir pun telah disiapkan melalui BRIN, BAPETEN, serta lewat kolaborasi dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Rusia.
Dari sisi regulasi, dukungan terhadap energi nuklir kini semakin kuat. Dalam draf terbaru Kebijakan Energi Nasional (KEN), nuklir sudah tidak lagi diposisikan sebagai opsi terakhir. Kini, ia sejajar dengan sumber energi baru terbarukan lain.
Pemerintah menargetkan PLTN pertama bisa beroperasi pada 2032, dengan kapasitas total mencapai 45-54 GW pada 2060 angka yang nyaris menyamai kapasitas listrik nasional saat ini.
KOMENTAR