PT Petrosea Tbk (PTRO) Garap Tambang Emas dan Tembaga di Pakistan
JAKARTA, INAKORAN
Setelah menjejak di Papua Nu Gini dengan mengakuisisi Grup HBS senilai USD $25,76 juta, transformasi PT Petrosea Tbk (PTRO) menjadi kontraktor pertambangan berkelas dunia mulai mendekati kenyataan.
Terbaru, PT Petrosea Tbk (PTRO) memperoleh kontrak baru senilai Rp 432 miliar (US$ 26,2 juta) dari proyek pertambangan emas dan tembaga terbesar di dunia—Reko Diq—yang berlokasi di Pakistan.
Perolehan kontrak baru dari Reko Diq sekaligus menambah pundi-pundi kontrak baru PTRO.
Hingga semester I-2025, emiten kontraktor pertambangan milik konglomerat Prajogo Pangestu tersebut melaporkan telah membukukan rekor kontrak baru mencapai US$ 4,3 miliar atau ekuivalen Rp 71,11 triliun (asumsi kurs Rp 16.540). Angka ini melambung sebesar 60% secara yoy.
Di Reko Diq atau proyek pertambangan emas dan tembaga di Pakistan tersebut, PTRO bersama anak usahanya, Petrosea Solutions Pakistan (Private) Limited akan memberikan jasa layanan engineering, procurement, and construction (EPC).
Hal ini sebagai tindak lanjut dari ditandatanganinya limited notice to proceed atau perjanjian pelaksanaan awal antara PTRO dan Petrosea Solutions Pakistan dengan perusahaan pertambangan yang berdomisili di Karachi, Pakistan, Reko Diq Mining Company (Private) Limited
Sesuai kontrak, pekerjaan yang akan digarap Grup Petrosea di tambang emas dan tembaga tersebut meliputi pembangunan fondasi beton untuk fasilitas dry plant, wet plant, serta infrastruktur non-proses termasuk pelaksanaan detail earthworks dengan jangka waktu penyelesaian selama kurang lebih 10 bulan.
“Penandatanganan perjanjian ini merepresentasikan ekspansi bisnis dan pengembangan usaha lini bisnis jasa EPC serta perluasan bisnis klien ke luar Indonesia untuk memastikan pertumbuhan yang terdiversifikasi dan berkelanjutan,” jelas Presiden Direktur PTRO, Michael, dalam keterangan resminya dikutip, Kamis (9/10/2025).
Sementara itu, Direktur Petrosea Ruddy Santoso dalam paparan publik terbaru mengestimasikan, Petrosea akan mencatatkan pendapatan dari bisnis pertambangan meningkat menjadi 62% pada 2026, inline dengan pertumbuhan organik perusahaa
Di luar pendapatan sektor batu bara baik thermal maupun nonthermal, perseroan juga mendiversifikasi pendapatan dari segmen bisnis emas, tembaga, nikel, serta minyak dan gas bumi (migas).
“Melalui kontrak baru dan diversifikasi, kami terus mendorong pertumbuhan organik lewat perolehan kontrak baru baik dari pelanggan eksisting maupun pelanggan-pelanggan baru,” tambahnya.
Lebih dari itu, perseroan juga mengedepankan diversifikasi basis pelanggan dan sektor industri yang dilayani, sehingga mampu membantu menekan ketergantungan terhadap satu sektor industri. Ruddy berharap, melalui strategi tersebut, PTRO akan tahan banting terhadap fluktuasi harga komoditas.
Dari sisi pertumbuhan inorganik, perseroan mencanangkan untuk melanjutkan akuisisi sebagaimana yang sudah dilakukan PTRO dengan mencaplok Grup HBS dan Hafar, sambil terus menjaga kesehatan struktur permodalan dengan menyelaraskan tenor liabilitas perseroan dan aset perusahaan.
Kemudian, memperkuat ekuitas dengan membuka opsi rights issue dan private placement, termasuk memperkuat arus kas operasi dengan mengendalikan investasi belanja modal (capital expenditure/capex). Tidak ketinggalan, melibatkan peran teknologi untuk menjaga operational excellence, efektivitas, dan efisiensi biaya.







KOMENTAR