Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis (4/9/2025)

Jakarta, Inakoran
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu (3/9/2025) dengan catatan positif. Indeks melesat 1,08% atau naik 84,27 poin menuju level 7.885,86, didukung oleh penguatan saham-saham berbasis emas serta emiten berkapitalisasi besar (big caps) seperti PANI, AMMN, dan DSSA.
Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam rentang 7.840,75 hingga 7.911,61, yang menjadi level tertinggi hari itu. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 400 saham menguat, 275 melemah, dan 126 stagnan, sementara kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp14.282 triliun.
Beberapa saham kapitalisasi besar mencatat lonjakan signifikan. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) memimpin kenaikan dengan melesat 10,24% ke Rp109.800 per saham. Di sektor perbankan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) naik 2,32% ke Rp4.410 per saham, diikuti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang menguat 1,77% ke Rp4.040 per saham. Sementara itu, PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) juga menguat 1,42% menuju Rp327.700 per saham.
BACA JUGA:
Harga Minyak Dunia Cenderung Menguat Usai AS Jatuhkan Sanksi Atas Iran
Harga Emas Antam Naik Rp26.000 Per Gram: Rabu (3/9/2025)
Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu (3/9/2025)
Meskipun IHSG menguat, investor asing kembali mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp1,38 triliun, sehingga total arus keluar sejak awal tahun menembus Rp54,82 triliun. Tekanan dana asing ini masih menjadi tantangan di tengah optimisme pasar.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai stabilitas keamanan dan politik di Indonesia menjadi katalis positif bagi pasar modal. Menurutnya, investor kini mulai mencermati katalis global, khususnya kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (The Fed) pada September 2025.
“Jika The Fed benar-benar melonggarkan kebijakan, maka likuiditas global akan meningkat dan biaya pinjaman lebih rendah. Kondisi ini dapat mendorong sentimen positif bagi aset berisiko, termasuk pasar saham Indonesia,” jelas Nafan.
Selain faktor global, kebijakan domestik juga diperkirakan menopang pergerakan pasar. Bank Indonesia (BI) diproyeksikan melanjutkan kebijakan akomodatif dengan potensi pemangkasan suku bunga acuan 1–2 kali hingga akhir tahun.
Di sisi lain, percepatan realisasi belanja pemerintah juga diyakini menjadi stimulus tambahan bagi perekonomian. Menurut Nafan, kombinasi belanja fiskal dan stimulus moneter akan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5% sepanjang 2025, meskipun ketidakpastian global masih membayangi.
Disclaimer:
Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.
KOMENTAR