BPS Sebut Indonesia Masuk Resesi, Ini Tanda-Tandanya

Sifi Masdi

Thursday, 05-11-2020 | 13:58 pm

MDN
Ilustrasi resesi akibat Covid-19 [ist]


 

Jakarta, Inako

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan Indonesia resmi mengalami resesi ekonomi yang ditandai dengan Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy).

“Dengan berbagai catatan peristiwa pada triwulan II-2020, ekonomi Indonesia kalau PDB atas dasar harga konstan kita bandingkan pada kuartal II-2019, maka ekonomi kontraksi 3,49 persen," kata Suhariyanto kepada wartawan, Kamis (5/11/2020).

Suhariyanto menyebutkan, ekonomi Indonesia berdasarkan PDB kurtal II atas dasar harga berlaku Rp 3.894 triliun. Sementara, jika berdasarkan harga dasar konstan dengan tahun dasar 2010 adalah Rp 2,720,6 triliun.

 

Pengeluaran secara tahunan (year on year/yoy) memperlihatkan semua komponen mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga mencatatkan penurunan paling dalam. Dalam situasi pandemi virus corona ini, Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami resesi.

Apa saja tanda-tanda sebuah negara masuk dalam jurang resesi? Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, resesi ekonomi dapat diartikan sebagai tekanan ekonomi pada sektor keuangan atau riil. Tanda dari resesi ekonomi, misalnya, munculnya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berlanjut dan merata pada banyak sektor.

 

"Mau perdagangan, transportasi, properti, sampai ke industri akan melakukan efisiensi pekerja untuk tekan biaya operasional," kata Bhima, Rabu (23/9/2020).

Dampak lain yang terjadi adalah menurunnya daya beli masyarakat karena mereka kehilangan pendapatan. Produksi atas barang dan jasa juga bisa merosot saat resesi.

Hal ini dapat berimbas pada menurunnya PDB nasional. Jika tak diatasi, maka bisa menimbulkan efek domino di kalangan masyarakat karena bisa menyebar ke banyak sektor.


 

KOMENTAR