Harga Minyak Naik Tipis: Dipicu Ancaman Sanksi Baru Terhadap Rusia

Sifi Masdi

Friday, 08-08-2025 | 11:07 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah dunia menguat tipis pada Kamis (7/8/2025), memutus tren penurunan selama lima hari berturut-turut. Kenaikan ini ditopang oleh data penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan, meskipun ketidakpastian geopolitik masih membayangi pasar.

 

Mengutip Reuters, harga minyak Brent naik 20 sen atau 0,3% menjadi US$67,09 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 22 sen atau 0,3% ke US$64,57 per barel.

 

Sebelumnya, kedua acuan harga sempat turun hampir 1% ke posisi terendah dalam delapan pekan setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa pembicaraan dengan Moskow terkait perang Ukraina tidak menunjukkan kemajuan.

 

Seorang pejabat Gedung Putih menyebut Trump berpeluang bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin secepatnya pekan depan. Namun, Washington tetap mempersiapkan opsi sanksi sekunder, termasuk kemungkinan memberi hukuman terhadap China—pembeli utama minyak Rusia—guna menekan Moskow mengakhiri perang.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Melonjak Rp16.000 per Gram: Jumat (8/8/2025)

IHSG Melonjak ke 7.604 : Dampak Rebalancing MSCI

Harga Minyak Dunia Terjun ke Level Terendah dalam 8 Pekan


 

Selain itu, Trump mengumumkan tarif tambahan 25% terhadap barang impor dari India karena negara tersebut terus membeli minyak dari Rusia. Tarif ini akan berlaku 21 hari setelah 7 Agustus, dan Trump juga membuka peluang menerapkan langkah serupa terhadap China.

 

Dari sisi fundamental, harga minyak terdorong oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang mencatat penurunan stok minyak mentah sebesar 3 juta barel menjadi 423,7 juta barel pada pekan yang berakhir 1 Agustus. Angka ini jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan hanya 591 ribu barel.

 

Penurunan stok dipicu oleh meningkatnya ekspor minyak AS dan naiknya aktivitas kilang, terutama di wilayah Gulf Coast dan West Coast yang mencatat tingkat pemanfaatan tertinggi sejak 2023.

 

Meski harga minyak berbalik naik, pelaku pasar tetap berhati-hati. Kepala strategi di Nissan Securities Investment, Hiroyuki Kikukawa, menilai ketidakpastian seputar KTT AS-Rusia, potensi tarif tambahan terhadap India dan China, serta dampak tarif AS terhadap ekonomi global membuat investor memilih bersikap wait and see.

 

“Dengan rencana peningkatan produksi OPEC+, harga WTI kemungkinan akan bertahan di kisaran US$60–US$70 per barel sepanjang sisa bulan ini,” ujar Kikukawa.

 

Kombinasi sentimen geopolitik, kebijakan perdagangan, dan dinamika pasokan-permintaan global diperkirakan akan terus menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga minyak dalam beberapa pekan ke depan.

 

 

 

KOMENTAR