Keluarga Manggarai Kebon Jeruk Bertekad Lestarikan Budaya Manggarai di Jakarta

Binsar

Tuesday, 20-08-2019 | 10:36 am

MDN
Dari kiri: Rm Siprianus Hormat, Ketua Ikemada Vincent Siboe, Tokoh NTT, Komjen Gories Mere, Mgr Datus Lega, Rm. Yulius Yasinto, dan Tokoh Manggarai Gaudens Wodar [Inakoran.com/Ina TV]

Jakarta, Inako

Sekelompok masyarakat Manggarai Flores, Nusa Tenggara Timur, yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Manggarai Kebun Jeruk Jakarta (IKMKJ) bersama Komunitas Perempuan Manggarai (KPM) dan Sanggar Ca Nai Kalimalang, Jakarta Timur menggelar Festival Budaya Manggarai (FBM) di Anjungan NTT Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu dan Minggu (17-18) Agustus 2019.

 

Ketua IKMKJ Pelibertus Jehani, SH., MH., menerima seekor ayam sebagai lambang penerimaan dari tuan rumah [Inakoran.com/Ina TV]

 

Ketua IKKMJ, Pelibertus Jehani, SH., MH., dalam obrolan singkat dengan Inakoran.com/Ina TV, di lokasi pentas, Sabtu (17/8) mengatakan, keterlibatan IKMKJ dalam festival ini sebenarnya didorong oleh  keinginan yang besar untuk melestarikan budaya khas Manggarai di tanah rantau seperti Jakarta ini.

 

Hasil kerajinan khas Manggarai [Inakoran.com/Ina TV]

 

“Keterlibatan IKMKJ, didorong oleh kehendak untuk melestarikan nilai nilai budaya Manggarai seperti sportivitas, kejujuran, keberanian, memghargai dan mengasihi sesama, bahkan terhadap lawan, “musuh” sekalipun,” tuturnya.

 

BACA JUGA: AHP :  Tantangan Merdeka Belajar  Mencerdaskan Anak Bangsa  Ditengah Covid 19

 

Wujud sikap saling menghargai itu, kata Libert (begitu ia biasa disapa), terungkat dalam sikap santun saat menyerahkan toda dan nggiling (alat permainan caci - red) kepada lawan.

 

Kopi Manggarai [Inakora.com/Ina TV]

 

“Dalam permainan caci, walaupun sudah terluka kena pukulan, saat hendak membalas, nggiling harus diserahkan dengan sopan, dengan berlutut di hadapan lawan,” tandasnya.

 

BACA JUGA: 5 Zodiak Ini Dikenal Paling Setia Kawan, Anda Termasuk?

Ia menuturkan, dalam festival tersebut, rombongan yang dia pimpin bertindak sebagai meka landang (tim tamu – red) sementara kelompok masyarakat Manggarai asal Bekasi bertindak sebagai tuan rumah.

Ia mengaku, dalam festival ini, tim IKMKJ membawa kekuatan sebanyak 180 personil dengan tugas dan peran masing-masing seperti yang disaksikan sendiri oleh Inakoran.com/Ina TV di arena pentas di hari pertama.

 

 

Ia menjelaskan, ada kelompok yang berperan sebagai pemain caci, ada pula sekelompok ibu yang mendukung di sudut lapangan dengan melantunkan syair-syair danding dengan suara yang aduhai.

Seakan tidak mau kalah, di sudut yang lain, sekelompok ibu juga begitu piawai menampilkan tarian ndudu ndake yang diikuti dengan peragaan busana khas Manggarai dalam aneka gaya para peragawan dan peragawati.

Bukan hanya itu, Festival Budaya Mangarai kali ini juga dimeriahkan dengan pameran sejumlah pangan lokal, kerajinan tenunan khas Manggarai yang sudah lama mendunia.

 

Para peragawan dan peragawati usai menampilkan busana khas Manggarai [Inakoran.com/Ina TV]

 

Menurut Libert, meski secara fisik Mangagrai tidak dapat kita bawah ke mana-mana, namun melalui acara seperti ini, paling tidak kita bisa menghadirkan kekayaan budaya Manggarai untuk masyakaat di Ibu Kota Negara.

Dengan cara ini, lanjutnya, kita sesungguhnya sedang memberi apresiasi kepada para leluhur kita yang tidak saja mewarisi lingko kepada kita, tetapi juga seni bernilai tinggi, yang juga layak kita “kapitalisasi’ utk kesejahteraan warga Manggarai. 

“Lingko memang semakin habis, tetapi kekayaan budaya ini tidak akan habis sepanjang kita terus melestarikannya,” tandas Ketua IKMKJ yang berprofesi sebagai pengacara ini.

KOMENTAR