Kenaikan Indeks Dolar Tekan Harga Emas Dunia

Sifi Masdi

Wednesday, 05-11-2025 | 08:33 am

MDN
Ilustrasi emas batangan [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas dunia tertekan tajam pada perdagangan Selasa (waktu AS) atau Rabu (5/11/2025) waktu Jakarta, seiring penguatan indeks dolar AS yang mencapai posisi tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Kenaikan dolar ini membuat logam mulia tersebut menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.

 

Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot turun 1,5% menjadi US$3.939,32 per ons troi, sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Desember melemah 1,7% ke US$3.945,10 per ons.

 

Indeks dolar AS yang melonjak tajam menjadi pemicu utama pelemahan harga emas kali ini.  “Dengan dolar mencapai titik tertinggi baru, pasar emas merasakan tekanan yang cukup berat,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.

 

Menurutnya, sebagian penguatan dolar dan tekanan di pasar emas juga mencerminkan menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada Desember mendatang.

 

Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga pekan lalu, Ketua Jerome Powell memberi sinyal bahwa langkah tersebut mungkin menjadi pemangkasan terakhir tahun ini. Data dari CME FedWatch menunjukkan bahwa para pedagang kini hanya memperkirakan peluang 71% untuk penurunan suku bunga pada pertemuan 9–10 Desember, turun dari lebih dari 90% seminggu sebelumnya.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu (5/11/2025)

Menkeu Purbaya Optimistis IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun

Harga Emas Global Turun: Dipicu Tekanan Kebijakan Pajak Baru China


 

Kondisi ini menjadi sentimen negatif bagi emas, karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi. Biasanya, emas berkinerja lebih baik ketika suku bunga rendah dan terjadi ketidakpastian ekonomi.

 

Situasi pasar juga diperburuk oleh shutdown pemerintah AS yang masih berlangsung dan berpotensi menjadi yang terpanjang dalam sejarah. Penutupan tersebut menghentikan sebagian besar rilis data ekonomi resmi, membuat pelaku pasar semakin bergantung pada laporan non-pemerintah seperti ADP National Employment Report yang dijadwalkan rilis Rabu ini.

 

Analis menilai laporan ketenagakerjaan tersebut akan menjadi indikator penting arah kebijakan moneter selanjutnya, di tengah keterbatasan data resmi.

 

Menurut Rhona O’Connell, Analis Senior di StoneX, harga emas yang sempat melonjak 53% sepanjang tahun ini kini telah terkoreksi lebih dari 9% dari rekor tertinggi pada 20 Oktober.

 

“Emas mulai kehilangan sebagian momentumnya. Kekhawatiran soal independensi The Fed, risiko stagflasi, dan ketegangan geopolitik masih ada, tetapi koreksi ini bisa dianggap sebagai penyesuaian yang sehat,” ujarnya.

 

O’Connell menilai, meski prospek jangka panjang emas masih positif, penguatan dolar dan meredanya kekhawatiran global membuat investor sementara beralih ke aset lain.

 

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami tekanan di pasar global. Perak turun 1,3% menjadi US$47,45 per ons, platinum melemah 1,2% ke US$1.546,88 per ons, danpalladium anjlok 3,1% menjadi US$1.400,35 per ons.

 

Disclaimer:

Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu berdasarkan kondisi pasar dan kebijakan perusahaan.

 

 

KOMENTAR