Koperasi Jalan Kesejahteraan Nelayan

Oleh: Hendra Wiguna, Humas KNTI Kota Semarang
Jakarta, Inako
Saat ini kurang lebih ada 1.988 koperasi nelayan, tentu masih perlu ditingkatkan terus jumlah serta kualitasnya. Persoalan kualitas tentunya menjadi hal utama yang perlu diperhatikan, jangan sampai pendirian koperasi nelayan hanya sebatas penggugur target program kerja pemerintah atau sebagai wadah penerimaan bantuan saja.
Apabila kembali membuka sejarah hadirnya sistem koperasi di Indonesia (1894), maka didapati nilai-nilai yang bertujuan untuk melepaskan pribumi dari jeratan lintah darat, bisa diartikan juga sebagai upaya kemandirian bangsa yang saat itu masih terjajah.
Seyogyanya koperasi nelayan didirikan sebagai bentuk gotong royong nelayan dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Koperasi dinilai sangat cocok dengan kultur masyarakat pesisir Indonesia yang masih memegang teguh budaya gotong royong. Selain itu koperasi nelayan juga merupakan mandat undang-undang no.7 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak garam.
Koperasi Nelayan bisa menjadi jalan kesejahteraan bagi nelayan, dari kegiatan atau usaha koperasi tentunya mereka mendapatkan pengasihan tambahan disamping penghasilan utama mereka yakni melaut.
Namun demikian membutuhkan kreativitas dan inovasi serta dorongan dari setiap pemangku kepentingan yang berhubungan dengan para nelayan mulai dari pendampingan, edukasi, lini bisnis yang dipilih serta manajemen tepat sasaran guna meraih tujuan koperasi yang ingin dikembangkan.
Selain nelayan, para istri dan anak nelayan pun bisa didorong untuk mengembangkan kegiatan koperasi. Tentu hal ini dapat terwujud dengan adanya kolaborasi antara koperasi dan pemerintah dalam pengelolaan, bahkan dalam stuktur koperasi pemerintah penting mengangkat 1-2 orang tenaga ahli/professional untuk mendampingi tatkala koperasi mulai berjalan.
Menyerahkan pengelolaan koperasi kepada nelayan hampir mustahil dilakukan mengingat kesibukan nelayan dalam aktivitas penangkapan, tentu intensitas dalam mengelola koperasipun bisa tidak maksimal.
Ya, persoalan manajemen dalam mengembangkan koperasi memang menjadi kendala terbesar saat ini, meskipun sebelumnya para pengelola koperasi sudah dibekali dengan materi persoalan koperasi. Namun karena adanya keterbatasan terutama waktu, hal ini bisa menghambat layanan koperasi dan berujung gagalnya mencapai tujuan.
Salah satu lini bisnis koperasi yang sesuai dengan ekosistim nelayan adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan, dan jika pilihan ini diambil bisa menjamin ketersediaan BBM bagi nelayan. Sehingga tidak ada lagi keluh kesah nelayan dalam mendapatkan BBM, seperti yang masih terjadi hingga saat ini.
TAG#KNTI
190326290
KOMENTAR