Mesut Özil: Ketika Menang, Saya Orang Jerman, Ketika Kalah, Saya Imigram

Binsar

Monday, 23-07-2018 | 11:12 am

MDN
Foto Gundogan, Özil dan Erdogan yang menimbulkan kontroversi [ist]

Inakoran.com – 

Menjadi anggota skuad utama Timnas Jerman, ternyata tidak menjamin seorang Mesut Özil mendapat perlakuan dan sanjungan yang wajar dari publik Jerman. Buktinya, pasca kekalahan 0-2, Der Panzer – julukan timnas Jerman – dari Korea Selatan pada babak penyisihan grup di Piala Dunia lalu, Özil ternyata menjadi pemain yang paling banyak disorot, bahkan kekalahan itu seakan disebabkan oleh seorang Mesut Özil.

Banyak cercaan dan tudingan dialamatkan ke pemain berdarah Turki itu terkait kekalahan itu. Dan yang menyedihkan komentar pedis bukan hanya datang dari publik atau fans Jerman, tetapi justru dari Presiden DFB (PSSI nya Jerman-red) yakni Reinhard Grindel.

Mesut Ozil [ist]

 

Melalu Twitternya Özil mengungkapkan kekesalannya karena dirinya dituding sebagai biang kerok kegagalan Jerman di ajang empat tahunan itu.

"Di mata Grindel dan pendukungnya, saya orang Jerman ketika kami menang, tetapi saya seorang imigran ketika kami kalah. Saya merasa tidak diinginkan dan berpikir bahwa apa yang telah saya capai sejak debut internasional saya di tahun 2009 telah dilupakan,” ketusnya.

Pernyataan keras pemain berusia 29 tahun itu secara khusus dialamatkan kepada Presiden DFB (perhimpunan sepak bola Jerman) Reinhard Grindel. Menurut Özil Grindel tidak mampu  melakukan pekerjaannya dengan benar.

Presiden DFB, Reinhard Grindel [ist]

 

"Meskipun membayar pajak di Jerman, menyumbangkan fasilitas ke sekolah Jerman dan memenangkan Piala Dunia bersama Jerman pada 2014, saya masih belum diterima di masyarakat. Saya diperlakukan sebagai 'berbeda',” cetusnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kritikan dan komentar tidak bersahabat terhadap Özil mencuat usai pemain itu bertemu dengan Presiden Turki beberapa waktu sebelum perhelatan Piala Dunia Rusia lalu. 

Pertemuan Özil dan rekan di timnas Ilkay Gündogan dengan Presiden Turki Erdogan yang dikritik tajam, menyebabkan kehebohan sebelum Piala Dunia. Tetapi Özil mengatakan dia tidak menyesal. 

Dalam tweet kedua yang dikirim dua jam usai pertemuan itu, Özil mengecam perlakuan yang diberikan kepadanya oleh media Jerman, yang dia tuduh memiliki standar ganda berdasarkan keturunan Turkinya.

Untuk menekankan pendapatnya, Özil menyebutkan contoh kasus Lothar Matthäus, seorang kapten Jerman kehormatan yang memenangkan Piala Dunia 1990 dengan Jerman Barat. Matthäus bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini dan, menurut Özil, menerima "hampir tidak ada kritik dari media." 

Oliver Bierhoff [ist]

 

Mesut Özil mengeritik sejumlah koran Jerman yang menggunakan latar belakang dan foto dirinya dengan Presiden Erdogan sebagai propaganda sayap kanan untuk memajukan tujuan politik mereka. Ia bertanya, mengapa mereka menggunakan gambar dan berita utama dengan namanya sebagai penjelasan langsung untuk kekalahan di Rusia. 

"Mereka tidak mengkritik penampilan saya, mereka tidak mengkritik penampilan tim, mereka hanya mengkritik nenek moyang Turki saya dan cara saya dibesarkan. Ini melewati batas garis pribadi yang seharusnya tidak boleh dilewati. Seakan media Jerman berusaha membuat seluruh warga Jerman untuk tidak memihak saya,” keluhnya.

 

KOMENTAR