Harga Minyak Dunia Melonjak di Tengah Peningkatan Produksi OPEC+

Sifi Masdi

Tuesday, 08-07-2025 | 10:56 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan signifikan hampir 2% pada perdagangan Selasa (8/7/2025), di tengah kombinasi faktor yang kompleks: peningkatan produksi OPEC+, optimisme terhadap permintaan energi global, dan ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat.

 

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$1,28 atau 1,9% ke level US$69,58 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat menguat 93 sen atau 1,4% menjadi US$67,93 per barel.

 

Sebelumnya, harga Brent sempat tergelincir ke level terendah harian di US$67,22, sedangkan WTI sempat menyentuh US$65,40 per barel.

 

Lonjakan harga ini terjadi meski OPEC+ telah mengumumkan peningkatan produksi, yang biasanya akan menekan harga. Namun, pasar justru merespons lebih kuat terhadap sinyal bahwa permintaan energi masih tetap solid.

“Meskipun pasokan meningkat, permintaan saat ini masih di atas ekspektasi,” ujar Dennis Kissler, Senior VP of Trading di BOK Financial.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Naik Rp5.000 Per Gram

Harga Minyak Dunia Anjlok  Usai  OPEC+ Umumkan Kenaikan Produksi

Rekomendasi Saham Pilihan: Selasa, 8 Juli 2025


 

Data dari sektor pariwisata AS menunjukkan jumlah warga yang bepergian saat libur Hari Kemerdekaan 4 Juli mencapai rekor tertinggi, baik melalui jalur darat maupun udara. Lonjakan mobilitas ini menjadi indikator penting bagi prospek permintaan energi, khususnya bahan bakar. Hal ini turut memperkuat sentimen pasar bahwa konsumsi minyak tetap tinggi, setidaknya dalam jangka pendek.

 

Kelompok OPEC+, yang mencakup anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sepakat untuk menaikkan produksi sebesar 548.000 barel per hari (bph) pada Agustus. Ini lebih tinggi dari pola kenaikan tiga bulan terakhir yang konsisten di angka 411.000 bph.

 

Menurut riset RBC Capital Markets, langkah ini berarti hampir 80% dari total pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta bph oleh delapan negara OPEC akan kembali masuk ke pasar.

 

Namun demikian, realisasi produksi masih di bawah target. Arab Saudi menjadi penyumbang utama tambahan pasokan ini, menunjukkan bahwa belum semua anggota OPEC+ mampu atau bersedia meningkatkan produksi secara agresif.

 

Sebagai sinyal kepercayaan terhadap prospek permintaan, Arab Saudi juga menaikkan harga minyak Arab Light untuk pengiriman ke Asia pada Agustus ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir.

 

Analis dari Goldman Sachs memperkirakan bahwa OPEC+ kemungkinan akan kembali menaikkan produksi sekitar 550.000 bph pada pertemuan mendatang yang dijadwalkan berlangsung 3 Agustus 2025.

 

Kebijakan ini mencerminkan strategi bertahap dalam menyeimbangkan pasokan agar tidak menekan harga terlalu dalam, sembari tetap merespons permintaan global.

 

Dari sisi kebijakan perdagangan, ketidakpastian masih membayangi pasar minyak. Pemerintah AS menyampaikan bahwa penerapan tarif impor akan ditunda. Meskipun ini meredakan kekhawatiran sementara, investor tetap waspada karena belum ada kepastian mengenai besaran tarif dan dampaknya terhadap ekonomi global.

 

“Sinyal perpanjangan tenggat waktu dan pelonggaran tarif telah sedikit meredakan kekhawatiran atas permintaan yang melemah sejak April,” kata Jeffrey McGee, Managing Director di Makai Marine Advisors.

 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan bahwa pengumuman penting terkait kebijakan perdagangan akan disampaikan dalam 48 jam ke depan, di tengah upaya diplomatik dengan mitra dagang sebelum tenggat 9 Juli.

 

Di sisi geopolitik, kelompok Houthi di Yaman mengklaim telah menenggelamkan sebuah kapal kargo di Laut Merah pada Senin (7/7/2025) menggunakan serangan bersenjata, roket, dan drone bermuatan bahan peledak. Ini adalah serangan laut pertama yang diketahui sepanjang 2025, dan berpotensi menambah risiko terhadap jalur perdagangan minyak dunia.

 

 

 

 

 

KOMENTAR