Hegemoni Politik "The Master" Indramayu : Baik-baik Saja atau ?

Johanes

Tuesday, 10-12-2019 | 22:56 pm

MDN
H. Mahpuddin, SH, MM. M.kn Mantan Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Indramayu

Oleh.  : H. Mahpuddin, SH, MM. M.kn
Mantan Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Indramayu.

 

Indramayu, Inako


Hegemoni dalam tafsir bebas adalah pengusaan satu orang atau satu kelompok atau satu golongan atau satu partai atas orang, kelompok, golongan, partai lainnya, sehingga pihak lainnya ini akan meng-iya-kan saja bahkan mengamini apapun yang dilakukan oleh sang pemegang kuasa hegemoni itu. 

Simak Video InaTV jangan lupa "klik Subscribe and like" Wujudkan Masyarakat Adil dan Makmur bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

 

 

Teori hegemoni politik dapat ditelusuri jejaknya dari pencetus gagasannya yaitu Antonio Gramsci (1891 - 1937), pensyarah yang fasih atas buku The Princes (Sang Penguasa) karya Machiavelli dan penganut filsafat matrialismenya Karl Mark dan Lenin. Walaupun berbeda dalam penggunaan diksinya tetapi satu tarikan nafas dalam narasinya. (Simon Roger, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, pustaka pelajar, 2004). 

Konsep hegemoni politik Gramsci ini disadari atau tidak, diketahui atau tidak oleh para aktor politik di Indonesia (baca : Indramayu) pada realita dan faktanya teraplikasikan dan terasa secara nyata dalam dinamika  politik Indonesia pasca reformasi. 

Hegemoni politik di Indramayu seingat atau setidaknya yang disaksikan oleh penulis terjadi atau dimulai pada momentum awal pilkada langsung tahun 2005 yang dimenangkan secara signifikan oleh pasangan YAHE (Yance - Heri Sujati). Walaupun kekuasan politik sudah dikuasai sejak tahun 2000, akan tetapi di periode 2000 - 2005 bahkan bisa dikatakan sebagai periode ideal karena terwujudnya cek and balance antara eksekutif dan legeslatif, disamping adanya power sharing antar sesama aktor dan partai politiknya .

Dengan mengusung visi REMAJA (Riligius, Maju, Mandiri dan Sejahtera) hegemoni politik di Indramayu mulai  menampakkan wujud aslinya sebagaimana narasi konsep hegemoninya Antonio Gramsci dan hampir senafas serta linier dengan apa yang disampaikan oleh budayawan muslim Kiyai Kanjeng  Emha Ainun Najib dengan apa yang disebutnya sebagai politik Talbis. Sampai dengan Plt. Bupati saat ini berakhir masa jabatannya pada tahun depan visi REMAJA masih jadi jargon kampanye aktor dan partai penguasa, yang justru dipertanyakan oleh rakyat Indramayu itu sendiri terkait apa dan bagaimana serta seberapa jauh tingkat keberhasilannya baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif ? 

Pertanyaan-pertanyaan publik terkait visi REMAJA ini, dampak manfaatnya dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indramayu pada umumnya atau hanya dirasakan dan dinikmati oleh sebagian kecil saja dari kelompok hegemoninya belaka ? 

Jawaban yang sangat menohok dan mungkin sangat tidak enak dan karenanya harus diredam gejala viralnya terkait soal ini adalah tertangkap tangannya episentrum kekuasaan 'boneka berbie' dalam kasus korupsi. Salah satu bentuk anomali antara visi dan realisasi . 

Simpulannya adalah dalam bentuk pertanyaan yang jawabannya diserahkan pada cita rasa masing-masing, apakah hegemoni ini baik-baik saja dan layak diteruskan atau ? 

Sebagai warga negara dan rakyat yang baik sekaligus tulisan ini sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua dan guru politik, penulis senantiasa mendoakan agar orang tua, guru dan pemimpin kami dapat diampuni oleh Alloh SWT atas segala salah, khilaf dan dosanya serta husnul khotimah dipenghujungnya. Aamiin.  
Semoga ada manfaatnya . 

Wallahu a'lam bisysyowab .

KOMENTAR