Nahdlatut Turots Gandeng Turots Ulama Kudus Luncurkan Kitab Maulid Karya Syekh Abdul Hamid Kudus

KUDUS, INAKORAN.COM
Nahdlatut Turots sebagai panitia utama menggandeng Turots Ulama Kudus dalam kegiatan bertajuk Jelajah Turots Nusantara pada 13-16 Juli 2025 di Menara Kudus, Jawa Tengah.
Ayung Notonegoro, Ketua Panitia Pusat Jelajah Turots Nusantara, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah konkret dari program besar Nahdlatut Turots untuk memperluas akses masyarakat terhadap karya-karya ulama Nusantara.
“Dengan dorongan dari Rais Aam PBNU, kami melakukan perluasan tentang pemuliaan turots ini tidak hanya di Jawa tapi akan tersebar di Indonesia. Rencananya akan dilaksanakan di lima zona yaitu zona Jawa-Madura, zona Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Indonesia Timur,” jelas Ayung.
Tokoh utama yang diangkat dalam kegiatan ini adalah Syekh Abdul Hamid Kudus, ulama kelahiran Kudus yang dikenal luas sebagai pengajar dan penulis aktif dengan puluhan karya yang masih bisa diakses hingga kini.
“Sosok Syekh Abdul Hamid Kudus perlu kita perkenalkan kembali ke khalayak ramai, terutama di kampung kelahirannya di Kudus ini, agar dapat memantik semangat bahwa para ulama Nusantara ini punya reputasi yang mumpuni untuk bisa bersanding dengan para ulama-ulama lain di dunia Islam,” jelasnya.
Acara yang digelar pada malam hari ini juga mengadakan pengajian akbar dan penghataman kitab Fathul-Aliyyil-Karim yang merupakan kitab maulid karya Syekh Abdul Hamid Kudus.
"Pada malam hari ini kita akan melakukan pengajian akbar dan penghataman salah satu kitab karya Syekh yang berjudul Fathul-Aliyyil-Karim yang merupakan kitab maulid atau kitab pujian tentang Nabi Muhammad,” terang Ayung.
“Kenapa ini menjadi penting? Karena ini merupakan salah satu kitab maulid yang ditulis langsung oleh ulama Nusantara,” jelas Ayung.
“Secara kualitas bahasa Arab, penguasaan sejarah tentang Nabi Muhammad itu nyaris setara dengan para ulama Timur Tengah lainnya. Itu yang ingin kami kemukakan, bahwa kita bukan hanya sekadar Islam pinggiran tapi bisa menjadi episentrum dari Islam itu sendiri,” tambahnya.
Upaya ini juga merupakan bagian dari penghidupan kembali ingatan kolektif masyarakat Kudus terhadap tokoh besar yang selama ini belum banyak dikenal di kampung halamannya.
“Untuk menghidupkan kembali memori kolektif masyarakat tentang sosok Syekh Hamid Kudus, karena di Kudus ini sendiri sosok ini tidak banyak dikenal oleh masyarakat,” kata Ayung.
Ayung menjelaskan bahwa proses riset dan penyusunan edisi baru kitab tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang.
“Untuk proses riset dan sampai menjadi diterbitkan, penulisan ulang butuh waktu yang cukup lama, yaitu yang dilakukan teman-teman di Kudus mengumpulkan karya-karya Syekh Hamid Kudus, yang salah satunya kitab Fathul-Aliyyil-Karim ini yang akhirnya dipilih untuk dilakukan editorial baru sehingga kemudian diterbitkan,” jelas Ayung.
“Selain kitab Fathul-Aliyyil-Karim, teman-teman dari Turots Kudus juga mengumpulkan seluruh karya Syekh yang masih berbentuk cetakan lama tua yang diterbitkan tahun 1900-an itu maupun yang masih berupa manuskrip,” tambahnya.
Saat ini, Nahdlatut Turots telah mendigitalisasi lebih dari 5.000 naskah, meskipun masih terkonsentrasi di Jawa Timur. Ekspansi ke wilayah lain sedang direncanakan.
“Saat ini kami telah melakukan proses digitalisasi lebih dari 5.000 naskah di seluruh Nusantara, tapi masih berkonsentrasi di daerah Jawa Timur. Maka akan kami perluas lagi hingga seluruh Indonesia,” jelasnya.
Ayung juga menjelaskan struktur kerja Nahdlatut Turots dalam pelestarian turots.
“Pada prinsipnya Nahdlatut Turots punya beberapa sub kerja. Yang pertama melakukan inventarisasi terhadap naskah-naskah ulama Nusantara. Yang kedua melakukan konservasi, di mana di sana dilakukan digitalisasi, dilakukan preservasi, perbaikan-perbaikan, sampai diterbitkan ulang karya-karya ini. Tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan terbatas dan bisa dipelajari oleh kalangan seluas-luasnya,” ungkapnya.
Dukungan terhadap program ini semakin meningkat, terbukti dari banyaknya lembaga dan masyarakat yang terlibat dan menunjukkan apresiasi.
“Selama dua tahun kami berkiprah, apresiasi masyarakat semakin tinggi, kepercayaan publik juga semakin tinggi. Dibuktikan dengan bagaimana pengurus Turots mendapat support penuh, juga banyak pihak yang turut serta mendukung kegiatan ini,” kata Ayung.
“Misal, Pemprov Jawa Timur yang juga mendorong keberadaan Nahdlatut Turots. Ada juga sejumlah kampus yang bekerja sama dalam upaya pemuliaan turots ulama Nusantara ini. Selain itu, yang menjadi indikator tanggapan masyarakat yaitu banyaknya penelitian yang dilakukan terhadap koleksi Nahdlatul Turots itu sendiri,” tambahnya.
Peluncuran kitab Fathul-Aliyyil-Karim dalam acara Jelajah Turots Nusantara ini menandai langkah penting dalam upaya merevitalisasi warisan intelektual Islam Nusantara, agar terus hidup dan menginspirasi generasi berikutnya.
TAG#Nahdlatut tutors, #kudus, #nahdlatul ulama, #syekh abdul hamid kudus
202767444

KOMENTAR